Dalam dunia yang makin kompleks dan kompetitif, kekuatan pertahanan bukan hanya ditentukan oleh jumlah pasukan atau alutsista yang dimiliki, tetapi juga oleh kemampuan suatu negara dalam menguasai dan mengembangkan teknologi pertahanan. Dalam konteks ini, Indonesia kembali menjadi sorotan dunia melalui penyelenggaraan Indo Defence 2025, pameran industri pertahanan terbesar di kawasan Asia Tenggara yang akan digelar pada 11--14 Juni 2025 di JIExpo Kemayoran, Jakarta.
Acara akbar ini menghadirkan 1.180 peserta industri pertahanan dari 42 negara, terdiri atas 659 perusahaan asing dan 521 produsen dalam negeri. Angka ini mencerminkan meningkatnya daya tarik Indonesia sebagai pasar sekaligus mitra strategis dalam rantai pasok industri pertahanan global. Tidak hanya sebagai tuan rumah, Indonesia kini semakin diperhitungkan sebagai aktor penting dalam percaturan teknologi pertahanan dunia.
Indo Defence 2025 bukan sekadar ajang promosi alutsista. Ini adalah forum strategis yang mempertemukan produsen, pengguna, pemangku kebijakan, dan pengamat pertahanan dari berbagai belahan dunia. Di sinilah diplomasi pertahanan dipraktikkan dalam bentuk paling nyata, yaitu diplomasi teknologi, diplomasi industri, dan diplomasi keamanan kawasan.
Pameran ini juga menjadi ajang unjuk gigi bagi produsen dalam negeri, termasuk BUMN strategis seperti PT Pindad, PT PAL Indonesia, PT Dirgantara Indonesia, hingga perusahaan-perusahaan swasta yang mulai naik kelas dalam industri militer. Keikutsertaan 521 produsen lokal membuktikan bahwa ekosistem industri pertahanan nasional sedang berkembang menuju kemandirian dan daya saing global.
Dihadiri oleh para menteri pertahanan, panglima militer, dan delegasi tinggi dari negara-negara sahabat, Indo Defence 2025 menjadi panggung strategis untuk membangun kemitraan dan memperkuat jejaring internasional. Dalam dunia multipolar seperti sekarang, kehadiran berbagai pihak mencerminkan kepercayaan dunia terhadap posisi Indonesia sebagai mitra yang netral, berdaulat, namun terbuka untuk kolaborasi.
Kemandirian bangsa tidak diukur dari jumlah senjata, tapi dari kemampuan menciptakan dan mengendalikan teknologinya sendiri. Indo Defence 2025 adalah panggung lahirnya kekuatan baru yang berdaulat, netral, dan disegani di dunia pertahanan global.
Sikap Indonesia yang konsisten mengambil posisi non-blok, tidak memihak kekuatan geopolitik tertentu, menjadi nilai tambah tersendiri. Ini menjadikan Indonesia sebagai mitra yang dapat dipercaya oleh negara-negara dari berbagai latar belakang. Netralitas ini adalah modal diplomatik yang mahal dalam membangun industri pertahanan yang inklusif dan progresif.
Pertahanan bukan sekadar soal perang dan senjata. Dalam realitas modern, pertahanan adalah jaminan terhadap kemerdekaan dan kesejahteraan. Sebuah negara yang tidak mampu menjaga dirinya sendiri akan selalu berada dalam bayang-bayang tekanan dan intervensi. Karenanya, kemandirian pertahanan adalah syarat mutlak bagi pembangunan nasional berkelanjutan.
Indo Defence 2025 hadir sebagai pemicu percepatan transfer teknologi melalui kerja sama industrial dan riset antara Indonesia dan negara-negara mitra. Kolaborasi dalam bentuk joint production, joint research, dan co-development menjadi jalan tengah yang cerdas untuk mempercepat penguasaan teknologi tanpa kehilangan kedaulatan desain dan produksi.
Momen ini juga penting untuk memperkuat sinergi antar-kementerian dan lembaga negara, antara TNI sebagai pengguna utama dengan industri pertahanan sebagai penyedia. Keterpaduan antara kebutuhan dan suplai sangat penting agar inovasi tidak berhenti pada pameran, melainkan berlanjut ke tahap pengadaan, produksi massal, dan modernisasi sistem pertahanan secara menyeluruh.
Tantangan utama kita ke depan adalah memperkuat rantai pasok lokal. Kita tidak bisa selamanya bergantung pada komponen impor. Di sinilah perlunya strategi nasional yang terintegrasi, dari hulu ke hilir, untuk membangun basis industri pertahanan yang kuat, efisien, dan berkelanjutan. Keterlibatan universitas, lembaga litbang, dan sektor swasta mutlak dibutuhkan.