Palestina telah memahami bahwa dalam dunia pasca-kebenaran, kontrol narasi lebih penting daripada kontrol wilayah. Oleh karena itu, politik sinematografi menjadi strategi kontemporer yang menyatukan seni dan diplomasi. Diplomasi film bukan pengganti perjuangan politik, tapi pelengkap penting dalam membangun ekosistem dukungan internasional yang otonom dari elit kekuasaan dunia.
Akhirnya, ketiga film ini bukan hanya pencapaian sinematik, tetapi pengingat global bahwa Palestina adalah soal kemanusiaan, bukan sekadar isu regional. Cannes 2025 membuktikan bahwa layar perak bisa menjadi bendera, bahwa dialog antarbangsa bisa lahir dari bioskop, dan bahwa diplomasi tak selalu hadir lewat meja perundingan, melainkan kadang melalui cerita yang menyentuh jiwa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI