Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Pergeseran Selera Musik Pantura, Dari Dangdut Koplo ke Nostalgia Dangdut Jadul

5 Februari 2025   22:11 Diperbarui: 5 Februari 2025   22:11 886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil Orkes Melayu (OM) Lorenza dalam cover album di youtube (Sumber: youtube)

Dalam lanskap musik Pantura yang selama dua dekade terakhir didominasi oleh dangdut koplo dengan hentakan ritme cepat dan lirik jenaka, munculnya Orkes Melayu (OM) Lorenza membawa gelombang nostalgia yang tak terduga. Orkes yang dinobatkan sebagai duta perdamaian dangdut jadul ini seakan menjadi oasis bagi mereka yang merindukan masa keemasan dangdut era 1970-an. Fenomena ini mengundang perhatian, bukan hanya dari penikmat dangdut lawas, tetapi juga dari para pengamat budaya yang mencermati pergeseran selera musik di kalangan masyarakat pesisir utara Jawa.

Om Lorenza tampil sebagai anomali di tengah dominasi orkes koplo dan dangdut remix yang selama ini merajai panggung hiburan rakyat. Dengan aransemen musik yang setia pada pakem orkes melayu klasik, lengkap dengan iringan gendang, suling, dan cengkok vokal yang khas, Om Lorenza seakan menghidupkan kembali era Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan Mansyur S. Hal yang lebih menarik adalah bagaimana gaya penonton mengikuti atmosfer ini. Penonton tampil dengan mode pakaian ala 70-an, lengkap dengan celana cutbray, kemeja motif mencolok, serta goyangan yang lebih elegan dibandingkan dengan joget patah-patah khas koplo.

Penggemar dangdut lawas atau jadul ini marak muncul di Soloraya dan Karesidenan Kedu. Lagu-lagu yang dibawakan OM Lorenza kini semakin populer dalam beragam latar belakang dan usia. Penonton Om Lorenza mayoritas berasal dari kelas pekerja di wilayah Pantura, mulai dari petani, pedagang, tukang bangunan, hingga buruh pelabuhan. Bagi mereka, kehadiran Om Lorenza menawarkan alternatif hiburan yang berbeda dari hingar-bingar koplo. Ini adalah pergeseran selera yang menunjukkan bahwa dangdut tak hanya berkembang secara progresif, tetapi juga bisa mengalami siklus regenerasi dalam bentuk penghormatan terhadap akar tradisionalnya.

Fenomena ini juga memperlihatkan adanya kebutuhan emosional akan musik yang tidak sekadar menghibur, tetapi juga menghadirkan romantisme masa lalu. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan tekanan sosial yang semakin tinggi, nostalgia menjadi bentuk eskapisme yang efektif. Om Lorenza, dengan estetika dangdut jadulnya, menjadi simbol bahwa kejayaan dangdut klasik masih memiliki tempat di hati masyarakat, khususnya mereka yang mencari kedamaian dalam lantunan melodi yang lebih lembut dan syahdu.

Pergeseran ini tentu memberikan tantangan bagi industri dangdut secara keseluruhan. Jika selama ini industri lebih banyak mengeksploitasi dangdut dengan unsur modernisasi dan digitalisasi, munculnya Om Lorenza membuktikan bahwa ada ruang bagi eksplorasi ke belakang, menghadirkan kembali warna lama dalam format yang lebih segar. Ini menjadi refleksi bahwa dangdut, sebagai musik rakyat, selalu memiliki cara untuk tetap relevan dengan kebutuhan zaman.

Dengan demikian, Om Lorenza bukan sekadar sebuah orkes, tetapi juga sebuah fenomena sosial yang menunjukkan bahwa dinamika musik dangdut tidak hanya bergerak maju, tetapi juga mampu menengok kembali akar sejarahnya. Dangdut jadul, yang mungkin pernah dianggap usang, kini menemukan tempatnya kembali sebagai bentuk hiburan yang otentik dan penuh makna bagi masyarakat Pantura.

Dangdut bukan sekadar hiburan, tetapi cerminan jiwa rakyat, mengalir mengikuti zaman, namun akarnya tetap kokoh dalam kenangan. Om Lorenza atas kepemimpinan Murjiyanto telah membuktikan bahwa nostalgia bukan kemunduran, melainkan jembatan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini dalam harmoni yang indah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun