Kedua; soal kemalasan kognitif. Survei Pusat Studi Literasi UGM (2023) menunjukkan, hanya 1 dari 5 mahasiswa yang membaca artikel hingga tuntas sebelum membagikannya.
Ketiga; Efek ruang gema (echo chamber) dimana Algoritma media sosial telah menjebak kita dalam bubble opini yang homogen, memupuk keyakinan semu bahwa "semua yang saya baca pasti benar."
Literasi adalah Senjata Vital di Era AI
Mengapa gerakan literasi sangat penting dan mendesak? Sebagai pemantik diacara ini Penulis mencoba mengurai problematika yang terjadi saat ini sekaligus mengingatkan ancaman baru: ketergantungan pada AI seperti ChatGPT dan aplikasi serupa.
“AI bisa menulis segalanya, tapi tidak bisa mengajarkan etika”. Sebab itu, kemampuan analisis lewat keterampilan literasi menjadi syarat mutlak terhindar dari penipuan dan terpapar hoaks.
Bayangkan saja, data Reuters (2023) menyebutkan jika 58% orang Indonesia terpapar misinformasi seminggu sekali. Akibatnya kondisi ini memicu konflik sosial, kerugian ekonomi, bahkan ancaman demokrasi.
Data dari McAfee (2024) juga mencatat bahwa 77% orang sulit membedakan konten asli dan deepfake. Sementara serangan phising (penipuan) meningkat 65%, berdasarkan data Kaspersky Lab (2023).
Sebuah penelitian Stanford University (2025) menemukan bahwa 40% mahasiswa mengakui menggunakan AI untuk tugas tanpa menyunting atau memverifikasi outputnya. Bahkan tugas yang dibuat justru tidak dipahami isinya oleh mahasiswa yang membuat.
Ini juga menjadi sorotan Izki Fikriani Amir, dosen Ilmu Komunikasi UMI sekaligus seorang pegiat literasi, menambahkan, "AI adalah pisau bermata dua. Ia membantu, tapi juga bisa mematikan daya kritis." Di kelas, Ia mengaku sering menemukan mahasiswa yang mengutip ChatGPT layaknya kitab suci, tanpa mengecek fakta.
Menjemput Kebangkitan Literasi
Acara one day workshop ini bukan sekadar teori. Peserta diajak praktik langsung dengan materi; bagaimana identifikasi hoaks dengan tools seperti turnbackhoax, InVID dan FactCheck.org, Simulasi pengamanan akun (two-factor authentication, deteksi phishing), serta curhat digital dan diskusi etika penggunaan AI dalam penelitian.