Belum ada kemungkinan yang menunjukkan tensi tinggi di semenanjung korea akan menurun. Dua negara satu rumpun ini sebenarnya masih dalam kondisi perang, sejak tahun 1950 perang antara Korut dan Korsel pecah yang dipicu atas batas wilayah antara keduanya. Kedua negara akhirnya menyetujui gencatan senjata di tahun 1953. Secara visual peperangan yang terjadi di semenanjung korea telah berakhir, namun secara teknis Korsel dan Korut masih dalam keadaan perang karena keduanya belum menandatangangi perjanjian damai secara tertulis hingga sekarang.
Perang dingin di semenanjung Korea ini bisa saja meledak kembali, jika Korut masih meletakkan minyak dekat ke api, tinggal menunggu angin bertiup, boooomm perang pecah kembali.
Belakangan ini Korut menjadi sorotan mata dunia, bukan karena suatu yang positif, namun dunia terus memantau pergerakan Korut yang sedang gencar membuat dan mengujicobakan senjata nuklirnya. Saat ini kesabaran Korsel sedang diuji, beberapa provokasi yang dilakukan Korut masih bisa diredam. Beberapa kali Korut telah merencanakan pembunuhan terhadap presiden Korsel yaitu di tahun 1968, 1974 dan pengeboman Rangoon pada tahun 1983, namun Korut gagal.
Keadaan sempat mendingin, hingga Korut terang-terangan mengujicobakan misil balistiknya, membuat tensi pun naik kembali. Amerika mengirimkan kapal induk dan sejumlah tentaranya ke semenanjung Korea, sebagai respon menanggapi ancaman perang Korut. Sebagai sekutu Korut, kemarin 11 April 2017, China pun tak mau ketinggalan dengan mengirimkan puluhan ribu tentaranya ke perbatasan Korut merespon ancaman pasukan militer Amerika.
Negara yang terletak ribuan mil jauhnya dari semenanjung Korea, kenapa Paman Sam selalu mencampuri urusan dapur negara lain. Setelah menginvasi Irak di tahun 2003, akankah kejadian serupa terulang lagi di semenanjung Korea. Akankah Amerika menjadi angin yang meniupkan api ke minyak.
Tentu itu bukanlah yang diharapkan, jika kedua negara itu kembali berperang dampak yang akan ditimbulkan tidak hanya diantara keduanya saja. Beberapa negara yang dekat dengan wilayah Korut dan Korsel akan menerima dampaknya. Sebut saja Jepang, ketika Korut telah menargetkan Amerika sebagai sasaran rudal balistiknya, langit Jepang akan berubah mencekam saat dilintasi rudal Korut. Bukan tanpa alasan, kemungkinan terburuk jika rudal Korut gagal maka akan langsung menghantam dataran Jepang.
Shinzo Abe, perdana menteri Jepang mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Jepang berencana akan membeli misil jarak jauh dari Amerika. Lalu, bayangkan saja! apa yang akan terjadi jika semua negara di Asean ini telah memiliki senjata nuklir. Jangan dibayangkan! Mulailah berdoa, tidak menutup kemungkinan itu akan memicu perang dunia ke-III. Jika hari itu datang maka malaikat Israfil pun akan turun untuk meniupkan "Sangkakalanya".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI