Mohon tunggu...
Muhammad FaridWajdi
Muhammad FaridWajdi Mohon Tunggu... Mahasiswa - @muhammadfaridwajdi_

Penulis hanya akan menyajikan pemahaman yang seimbang agar dapat diterima secara luas dan menoleh kearah peradaban masa kini

Selanjutnya

Tutup

Love

Cinta dan Nafsu

20 Juni 2021   06:50 Diperbarui: 20 Juni 2021   06:53 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

MENGENAL CINTA DAN NAFSU 

Cintailah dia yang dungu, jadikan dia anak dididkmu, agar engkau beroleh kesempurnaan dengan mencerahkannya. 

Cintailah dia yang berilmu, jadikan dia sebagai tutormu, agar engkau beroleh kesempurnaan dengan pencerahannya.

Cintalah dia yang setara denganmu dalam pengetahuan, jadikan dia sebagai mitra demi misi pencerahan, agar engkau beroleh kesempurnaan dengan mencerahkan manusia di luar sana.

Dan cintailah Dia yang maha mengetahui, jadikan dia sebagai Kekasih Nirbatasmu, hingga wujudmu fana dalam Kenirbatasan-Nya. 

Begitulah cinta sebagai pencerahan, bukan pemangsaan. Cinta adalah harmonisasi, bukan eksploitasi.

Cinta sejati adalah cinta tanpa nafsu, cinta tanpa keeogiasan, cinta tanpa diri, dan cinta tanpa fisik. Cinta adalah ketertarikan hati pada sesuatu yang dianggap sempurna, indah, baik, nikmat, dan menjanjikan akan mendatangkan kebahagiaan. Juga dikatakan, cinta memiliki dua jenis; cinta pada kenikmatan level rendah dan cinta pada kenikmtan pada level tinggi. Cinta pada level terendah disebut nafsu. Dengan kata lain, nafsu merupakan hasrat dalam mencintai dengan harapan beroleh sesuatu yang anda cintai, baik itu kenikmatan pada level tinggi maupun pada kenikmatam pada level terendah. Hati adalah sumber cinta yang memandang tanpa wujud. Pada hakikatnya, buat apa hati diciptakan jika fisik menjadi pilihan untuk dicintai.

Pada lapisan yang lebih tinggi, nafsu adalah segala bentuk cinta transaksional. Sebab ujung dari cinta transaksional adalah diri. Nafsu adalah keakuan (egoisme). Menjadikan diri sebagai pusat cinta. Dengan demikian, anda menafsui pasangan anda bila anda mengharapkan sesuatu darinya hanya untuk memuaskan hasrat dalam diri. Nafsu tidak pernah seirama dengan keikhlasan. Oleh karena itu, ketika anda menafsui seseorang, anda hanya memiliki harapan beroleh sesuatu dari seseorang yang engkau cintai. Sebab keikhlasan adalah ketulusan hati dengan merelakan seluruh cinta kepada orang yang dianggap kekasih, sehingga wujud diri pun secara otomatis akan meniada tanpa peduli akan harapan yang setimpal dengan apa yang sudah diberikan. Keikhlasan adalah cinta murni. Yaitu cinta yang tela bersih dari nafsu. Cinta murni adalah cinta tanpa nafsu. Cinta tanpa nafsu adalah ketika anda mencintai kekasih anda tanpa mengharpakan sesuatu darinya. Anda mencintai pasangan anda karena anda menjumpai dalam dirinya memang layak untuk dicinta. Jika mencintai tuhan, berarti anda menghamba kepada-Nya, karena anda menemukan dalam diri-Nya memang layak untuk dipertuhan. 

Cinta murni juga semestinya harus diayomi oleh cahaya akal. Oleh sebab itu, pecinta tidak akan terjebak pada kekasih terbatas. Di bawah kendali akal, pecinta akan terarahkan pada kekasih sejati, Dialah Tuhan yang Maha Pengasih. Betapa tidak, Dia satu-satunya tuhan yang paling sempurna dari yang sempurna dan tidak ada wujud yang layak dicinta dan dipertuhan selain Dia yang paling pengasih diantara yang pengasih. Tak ada kekasih yabg paling layak dijadikan kekasih kecuali Dia yang Maha Cinta. 

Namun yang menjadi pertanyaan, dari mana datangnya cinta? Cinta adalah akibat dari turunan pengetahuan. Tidak ada cinta tanpa pengetahuan. Dengan begitu, cinta ditentukan oleh jenis pengetahuan yang melahirkan sebuah cinta yang sesungguhnya. Bagaimana mungkin cinta dapat dipermainkan sedangkan landasan cinta ditentukan oleh jenis pengetahuan yang melambari cinta. 

Jika cinta itu lahir dari pengetahuan indrawi, niscaya yang dicintainya merupakan hal-hal yang berisfat non subtansial atau entitas-entitas yang terinderai semata. Semakin materi dikejar, semakin dekat pada kemusyrikan. Surga akan semakin diluar jangkauan bila surga itu dilukiskan dalam bentuk-bentuk indrawi. Begitu pula dengan Tuhan. Tuhan tidak akan disembah jika Tuhan tidak membalas penyembahan dengan kenikmatan-kenikmatan yang bisa dibayangkan manusia secara sederhana. Pada saat itu pula lah cinta hanya sebatas materi saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun