Mohon tunggu...
muhammad eriek
muhammad eriek Mohon Tunggu... Mahasiswa Program Prodi Jurnalistik

Halo! Nama saya Muhamad Erick, mahasiswa Jurnalistik UIN. Saya percaya bahwa setiap cerita layak untuk didengar. Dengan semangat eksplorasi dan pengalaman aktif di organisasi, saya berkomitmen untuk menyuarakan hak-hak dan isu sosial melalui karya-karya saya. Mari terhubung dan berkolaborasi!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rashuffle kabinet: sekedar ganti wajah atau ubah masalah?

12 September 2025   21:40 Diperbarui: 12 September 2025   21:40 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reshuffle Perdana Kabinet Merah Putih, Ini 6 Pejabat yang Dilantik Prabowo  Hari Ini

Ketika sebuah pemerintahan mengumumkan perombakan kabinet, publik sering kali merasa familiar dengan situasi tersebut. Reaksi yang muncul adalah campuran dari rasa ingin tahu, harapan, dan skeptisisme yang mendalam. Frasa "Kabinet Baru, Harapan Lama" dengan tepat menggambarkan siklus ini, di mana pemimpin baru diangkat, namun masyarakat masih merasakan kekecewaan yang belum terselesaikan.

 Sumber Gambar (CAksi Kekecewaan Warga Kendeng - Himmah)
 Sumber Gambar (CAksi Kekecewaan Warga Kendeng - Himmah)

Secara teori, sebuah perombakan kabinet adalah langkah strategis. Ini memberi presiden kesempatan untuk menyegarkan birokrasi, mengganti menteri yang kinerjanya kurang memuaskan, atau menyesuaikan koalisi politik. Publik berharap bahwa wajah-wajah baru ini akan membawa kebijakan yang lebih bermanfaat bagi rakyat, mengatasi masalah ekonomi, memberantas korupsi, dan meningkatkan layanan publik yang kerap mengecewakan.

Namun, di balik layar, pertanyaan besar tetap ada: bisakah perombakan kabinet benar-benar menjawab kekecewaan publik? Bagi banyak orang, masalah utamanya bukan pada individu menteri, melainkan pada sistem yang sudah ada. Mengganti nama tidak akan serta-merta mengubah mentalitas birokrasi yang lamban atau memperbaiki kebijakan yang tidak menyentuh akar permasalahan. Kekecewaan publik sebenarnya berasal dari janji-janji yang tidak pernah terpenuhi.

Karena itu, "harapan lama" yang ditumpukan pada "kabinet baru" sesungguhnya adalah tuntutan yang lebih dalam---permintaan untuk perubahan fundamental, bukan sekadar pergantian personel. Publik kini menuntut bukti nyata, bukan hanya retorika di podium. Mereka ingin melihat menteri yang memahami kesulitan rakyat dan mampu menerapkan kebijakan yang berdampak langsung.

Pada akhirnya, kesuksesan sebuah kabinet baru tidak diukur dari upacara peresmiannya, melainkan dari sejauh mana ia bisa mengubah harapan lama menjadi kenyataan. Pantau terus kinerja mereka!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun