Mohon tunggu...
Muhammad
Muhammad Mohon Tunggu... Guru - Pembelajar

Berbagi gagasan untuk kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayam Kerupuk

12 Januari 2019   15:56 Diperbarui: 12 Januari 2019   16:09 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerupuk dan Ayam Kerupuk/Dok. Pribadi

Aku tidak tahu sejak kapan ayam suka makan kerupuk. Yang aku tahu pasti, ayam di depanku selalu menunggu potongan-potongan kerupuk dilemparkan. Aku tidak yakin kalau kebiasaan makan kerupuk di dunia perayaman sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka.  Karena di zaman ayam purba sudah pasti belum ditemukan formula pembuatan kerupuk.

Berbeda dengan kebiasaan ayam yang lainnya, misalnya seperti kebiasaan bagi-bagi tai. Kebiasaan ini sudah menjadi tradisi turun temurun, sudah ditakdirkan bahkan sebelum ayam pertama diciptakan. Itulah sebabnya ayam menjadi binatang yang sangat dermawan, karena suka berbagi –tai.

Urusan bagi-bagi tai ini, sungguh sebenarnya ayam telah melecehkan ritual yang sangat sakral. Bagi sebagian besar makhluk di muka bumi, khususnya manusia, ritual buang tai adalah ritual yang sangat sakral. Karena pelaksanaannya harus diawali pembukaan, berlanjut ke tahap ritual inti, lalu berakhir dengan ritual penutup. Tak jarang kekhusyuan ritual ibadah wajib terkalahkan oleh kekhusyuan ritual buang tai.

Tetapi bagi ayam, buang tai tak sesakral itu, bahkan tidak masuk daftar ritual khusus. Baginya buang tai seperti buang ludah, bisa dilakukan sambil berjalan bahkan sambil terbang. Sungguh sebuah pelecehan!

***

Ini sudah pertemuanku yang kesekian kali dengan ayam itu. Seperti biasa, alih-alih menampilkan wajah anggun seekor perempuan, dia lebih  senang terlihat seperti preman. Meskipun dia suka meminta jatah kerupuk, rupanya dia tidak sudi menganggap dirinya sebagai peminta-minta. Maka baginya memelas tidaklah pantas. Memasang wajah preman lebih senang dilakukannya, mungkin agar para pelanggan ketakutan lalu memberikan jatah kerupuk untuknya.  

Aku tidak pernah bertanya siapa namanya dan di mana tempat tinggalnya. Mungkin dia tidak memiliki nama seperti kebanyakan ayam lainnya dan mungkin juga tidak memiliki tempat tinggal.  Aku juga tidak pernah mencoba bertanya ke si Bapak penjual ketoprak yang tempat jualannya dijadikan markas si Ayam Kerupuk. Benar, sementara ini aku menamainya Ayam Kerupuk. Sepertinya itu lebih baik, daripada menamainya Ayam Gelandangan, karena tidak jelas di mana tempat tinggalnya.

Ayam Kerupuk pastinya seperti ayam-ayam lainnya yang memiliki tabiat suka merecoki orang yang sedang makan dan aku tidak mau sarapanku direcoki. Jangan sampai pula ayam itu mencoba bersikap dermawan dengan cara berbagi sedikit tainya di atas ketoprak yang ku makan. Maka aku memutuskan untuk membuat sebuah kesepakatan.

Aku tidak bisa menjabat tangannya seperti yang biasa dilakukan sesama manusia. Ayam itu pasti segera kabur jika aku mencoba menjabatnya. Maka aku putuskan, kesepakatan dilakukan melalui tatapan.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saling pandang tak terhindarkan. Saat itulah aku sampaikan pesan kepadanya, “Hei Ayam Kerupuk, meja ini adalah wilayahku, kamu tidak boleh menaikinya! Aku akan memberikan beberapa potong kerupuk sebagai imbalan atas kepatuhanmu”. Terlihat matanya mengerjap. Mungkin dia memahaminya dan setuju dengan kesepakatan itu.

Sejauh ini, dia tidak pernah melanggar kesepakatan. Sesekali aku perlu mengingatkannya –melalui pandangan– jika dia mencoba mencuri kerupukku. Terkadang aku malah merasa geli saat melihat orang lain sibuk mengusirnya, sebab kerupuknya mau dicuri ayam itu. Aku sendiri tidak pernah mengusir Ayam Kerupuk, karena aku dengannya sudah saling sepakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun