Di era kecanggihan teknologi saat ini, kecerdasan buatan (AI) telah membawa banyak kemudahan dan inovasi dalam berbagai bidang.Â
Dari dunia kesehatan, pendidikan, hingga hiburan, AI membantu manusia bekerja lebih cepat, akurat, dan efisien. Namun, seiring dengan semua manfaat tersebut, muncul pula tantangan baru yang tidak bisa diabaikan.Â
Salah satu tantangan terbesar yang kini mulai mencuat ke permukaan adalah fenomena deepfake penggunaan AI untuk menciptakan konten palsu yang tampak sangat meyakinkan, namun sebenarnya menyesatkan.
Teknologi deepfake ini berkembang pesat, dan ironisnya, justru semakin sulit dikenali seiring dengan peningkatan kualitasnya.Â
Akibatnya, potensi penyalahgunaan untuk kejahatan digital seperti penipuan, pemerasan, hingga manipulasi opini publik menjadi semakin mengkhawatirkan.Â
Apa Itu Deepfake?
Deepfake adalah teknologi berbasis kecerdasan buatan yang digunakan untuk membuat video, gambar, atau audio palsu yang tampak sangat realistis.Â
Dengan memanfaatkan teknik pembelajaran mendalam (deep learning), mesin dilatih menggunakan kumpulan data berupa ribuan hingga jutaan gambar, suara, atau video seseorang, lalu menghasilkan konten baru seolah-olah orang tersebut melakukan, mengatakan, atau mengalami sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi.
Awalnya, teknologi ini dikembangkan untuk tujuan positif, seperti memperbaiki kualitas film, menghidupkan kembali tokoh sejarah dalam dokumenter, atau membantu dalam dunia hiburan dan periklanan.Â
Namun, kemampuannya yang luar biasa dalam menciptakan konten hiper-realistis membuatnya cepat disalahgunakan. Kini, deepfake sering digunakan untuk menyebarkan disinformasi, menjatuhkan reputasi seseorang, melakukan pemerasan, hingga menciptakan kebingungan di ruang publik.