"Lebaran selalu identik dengan kebersamaan, silaturahmi, dan tentu saja, hidangan lezat yang tersaji di meja makan."
Setiap rumah berlomba-lomba menyajikan masakan terbaik, mulai dari ketupat yang lembut, opor ayam yang gurih, rendang yang kaya rempah, hingga berbagai macam kue kering yang menggoda selera.
Namun, di balik setiap sajian yang tersusun rapi di meja, ada perjuangan panjang di dapur yang sering kali tidak terlihat.Â
Mulai dari berbelanja bahan di pasar yang penuh sesak, mengupas dan mengiris bumbu hingga larut malam, hingga berdiri berjam-jam di depan kompor demi memastikan rasa masakan tetap sempurna.Â
Semua itu menjadi bagian dari tradisi yang melelahkan, namun penuh makna. Meski melelahkan, ada kebahagiaan tersendiri dalam prosesnya.Â
Aroma masakan yang memenuhi rumah, canda tawa di dapur bersama keluarga, hingga momen mencicipi hasil masakan sebelum disajikan menjadi kenangan yang tak terlupakan.Â
Inilah suka duka memasak untuk Lebaran sebuah perjalanan dari kelelahan menuju kebahagiaan yang terasa begitu istimewa.
Ketika Dapur Berubah Menjadi Medan Perang
Bagi banyak orang, memasak untuk Lebaran bukan sekadar rutinitas biasa. Ini adalah bagian dari tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, di mana setiap keluarga memiliki resep khas yang selalu disajikan setiap tahun.Â
Dari tangan ibu atau nenek, racikan bumbu yang khas membawa nostalgia akan masa kecil dan kebersamaan di rumah. Namun, di balik kehangatan tradisi ini, ada tantangan besar yang harus dihadapi.Â