Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Tradisi Kue Lebaran: Antara Warisan Keluarga dan Tren Kekinian

24 Maret 2025   23:52 Diperbarui: 24 Maret 2025   23:47 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kue kering yang sering hadir saat Lebaran. (Sumber gambar: Shutterstock/Rido Fadilah via kompas.com)

Setiap Lebaran tiba, aroma kue kering yang baru keluar dari oven selalu menjadi tanda bahwa Hari Raya semakin dekat. Harum mentega yang berpadu dengan keju, manisnya selai nanas yang menguar dari nastar hangat, serta taburan gula halus di atas putri salju menghadirkan nostalgia yang tak tergantikan. 

Di banyak rumah, dapur menjadi lebih sibuk dari biasanya ibu-ibu dan para anggota keluarga berkumpul, berbagi tugas, mencetak adonan, dan menunggu loyang demi loyang kue matang dengan penuh antusiasme. Namun, di era modern ini, tradisi membuat kue Lebaran mulai mengalami perubahan. 

Jika dulu setiap rumah sibuk memanggang sendiri, kini banyak yang memilih kepraktisan dengan membeli kue dari toko atau usaha rumahan. Tren kue Lebaran pun terus berkembang, dari resep klasik turun-temurun hingga inovasi kekinian yang menggoda selera.

Lantas, bagaimana perjalanan tradisi kue Lebaran dari masa ke masa? Dan bagaimana tren baru memengaruhi kebiasaan masyarakat dalam menikmati sajian khas ini? 

Kue Lebaran: Warisan dari Dapur Keluarga

Sejak dulu, kue kering telah menjadi bagian dari tradisi Lebaran di banyak keluarga. Setiap rumah memiliki cerita sendiri tentang bagaimana kue-kue ini dibuat, disajikan, dan dinikmati bersama orang-orang tercinta. 

Bagi sebagian orang, momen membuat kue Lebaran adalah saat yang paling ditunggu-tunggu, karena bukan hanya tentang hasil akhirnya, tetapi juga kebersamaan yang tercipta di dapur.

Ibu-ibu dan nenek-nenek dengan cekatan mencampur adonan, mencetak kue, lalu memasukkannya ke dalam oven. Anak-anak sering kali ikut membantu, entah dengan membentuk kue, menaburkan gula, atau sekadar mencicipi adonan secara diam-diam. 

Wangi mentega, keju, dan vanila yang memenuhi rumah menambah rasa hangat yang sulit tergantikan. Setiap jenis kue pun memiliki maknanya sendiri. Nastar, dengan isian selai nanas yang manis dan sedikit asam, melambangkan kebahagiaan dan kemakmuran. 

Kastengel yang gurih dan kaya rasa keju sering dikaitkan dengan kemewahan dan kelezatan yang menggoda. Sementara itu, putri salju yang lembut dan bertabur gula halus menjadi simbol kesederhanaan dan kelembutan dalam kebersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun