Mohon tunggu...
Muhammad Chasib
Muhammad Chasib Mohon Tunggu... Mahasiswa

Ekonomi Politik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filsafat Ilmu

3 Oktober 2025   20:12 Diperbarui: 3 Oktober 2025   20:12 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Secara sederhana, kata filsafat adalah gabungan dari dua kata, yaitu "philos" dalam bahasa Yunani artinya cinta, kesenangan, atau kesukaan, dan "sophia" yang mempunyai arti pengetahuan, hikmah, atau kebijaksanaan. Jadi, jika digabungkan menjadi "philosophia", maknanya adalah cinta pada pengetahuan. Maksudnya, filsafat merupakan kecintaan pada ilmu, kebenaran, dan kebijaksanaan. Maka, orang yang berfilsafat adalah orang yang selalu mencari kebenaran, berilmu, dan berusaha untuk hidup bijaksana (Luthfiyah & Lhobir, 2023).

Ilmu pengetahuan adalah produk dari pemahaman manusia tentang alam semesta, yang disusun dengan sistematis sehingga bersifat logis dan teratur. Ada tiga dorongan utama mengapa manusia terus mengembangkan pengetahuan ini. Pertama, rasa ingin tahu manusia, yang muncul karena keperluan untuk bertahan hidup di dunia ini. Kedua, ada kebutuhan manusia yang lebih dalam dan menemukan pola atau struktur yang mengatur segala sesuatu. Ketiga, adanya dorongan untuk memahami atau menilai kenyataan tentang keberadaan diri manusia sendiri (Munip, 2024).

Setiap disiplin ilmu mempunyai ciri khas tersendiri yang dibentuk untuk menjawab tiga pertanyaan pokok, yaitu tentang apa yang dipelajari yakni ontologi, bagaimana cara mengetahuinya atau epistemologi, dan untuk apa ilmu itu digunakan yaitu aksiologi. Ketiganya tidak bisa dipisah, karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan. Ketika membicarakan epistemologi misalnya, secara otomatis harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi. Begitu juga sebaliknya, ontologi terhubung erat dengan epistemologi, dan epistemologi tidak bisa dipisahkan dari aksiologi. Karena itu, dalam kajian filsafat ilmu selalu digunakan pendekatan yang sistematis sehingga ketiga dimensi tersebut dapat berjalan bersama dan tidak berdiri sendiri (Munip, 2024).

Ontologi adalah suatu bahasan filsafat yang paling lama, yang berakar dari Yunani. Ontologi bisa dibilang bagian dari filsafat yang paling umum, dan merupakan bagian dari metafisika, di mana metafisika sendiri merupakan salah satu bab dalam filsafat. Hal yang diteliti oleh ontologi adalah segala sesuatu yang ada tanpa terikat pada bentuk wujud tertentu. Artinya, ontologi membahas segala yang ada secara menyeluruh, berupaya mencari inti yang terkandung di balik setiap kenyataan dan seluruh realitas dalam berbagai bentuknya. Jika dilihat dari sudut pandang ontologi, ilmu membatasi fokus kajiannya hanya pada hal-hal yang bisa dibuktikan secara nyata atau empiris (Pratiwi dkk., 2024).

The Liang Gie berpendapat, ontologi merupakan bagian filsafat dasar yang menjelaskan arti dari keberadaan atau eksistensi. Pembahasan ontologi mencakup berbagai pertanyaan mendasar, seperti: apa sebenarnya arti "ada" itu? Apa saja jenis-jenis dari suatu keberadaan? Bagaimana sifat dasar dari kenyataan dan keberadaan? Selain itu, bagaimana berbagai jenis entitas dari kategori logis yang berbeda seperti benda fisik, konsep universal, abstraksi, maupun bilangan dapat dipahami sebagai sesuatu yang benar-benar memiliki keberadaan? (Pratiwi dkk., 2024).

Kemudian, Burhanuddin menjelaskan ontologi adalah teori atau studi tentang keberadaan atau wujud, seperti karakteristik dasar dari seluruh kenyataan. Ontologi ini bisa dibilang sama dengan metafisika, yakni studi filosofis yang bertujuan untuk menetapkan sifat nyata atau sifat asli dari suatu benda, guna menetapkan arti, susunan, dan prinsip benda tersebut. Dari penjelasan sebelumnya, dapat kita pahami bahwa objek yang diteliti oleh ontologi adalah segala sesuatu yang ada tanpa terikat pada bentuk wujud yang spesifik. Ontologi membahas tentang keberadaan secara universal, berusaha mencari inti yang terkandung di setiap kenyataan, meliputi seluruh realitas dalam semua bentuknya (Pratiwi dkk., 2024).

Pengetahuan  yang  telah  diperoleh  dari  bidang  ontologi kemudian diteruskan ke  bidang epistemologi untuk menguji benar dan tidaknya dalam kegiatan ilmiah (Pratiwi dkk., 2024). Secara bahasa, istilah epistemologi berakar dari bahasa Yunani kuno, yakni dari kata episteme yang artinya "pengetahuan" dan logos yang artinya "ilmu". Sedangkan secara istilah, epistemologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari asal-usul pengetahuan, metode untuk memperolehnya, susunan atau strukturnya, dan menilai apakah suatu pengetahuan dapat dianggap benar atau keliru (Munip, 2024).

Objek kajian epistemologi pada dasarnya adalah pertanyaan mengenai hakikat dari suatu keberadaan, cara untuk mengetahuinya, dan cara membedakannya dari hal-hal lainnya. Dengan demikian, epistemologi berhubungan erat dengan situasi dan kondisi dalam ruang dan waktu mengenai suatu hal. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menelusuri bagaimana suatu peristiwa atau pengetahuan terjadi, bagaimana kita dapat memahaminya, bagaimana membedakannya dari pengetahuan lain serta bagaimana hal itu dipengaruhi oleh keadaan dan konteks ruang dan waktu yang menyertainya (Luthfiyah & Lhobir, 2023).

Secara etimologis, sama dengan ontologi dan epistemologi istilah aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata aksios yang artinya "nilai" dan logos yang artinya "teori". Oleh karena itu, aksiologi dapat dipahami sebagai cabang filsafat yang mengkaji tentang nilai, atau dengan kata lain aksiologi adalah teori nilai. Menurut Suriasumantri, Aksiologi merupakan cabang teori nilai yang membahas tentang bagaimana pengetahuan yang dimiliki bisa bermanfaat atau berguna dalam kehidupan (Pratiwi dkk., 2024). Kesimpulannya, filsafat ilmu menegaskan jika ontologi, epistemologi, dan aksiologi adalah satu kesatuan yang saling terhubung, ontologi membahas hakikat keberadaan, epistemologi menelaah cara memperoleh pengetahuan, dan aksiologi menegaskan nilai serta manfaatnya untuk kehidupan.

DAFTAR PUSTAKA

Luthfiyah, L., & Lhobir, A. (2023). Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Filsafat Pendidikan. Jurnal Basicedu, 7(5), 3249--3254. https://doi.org/10.31004/basicedu.v7i5.6150

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun