Dalam ibadah ritual shalat saja, laki-laki seharusnya shalat berjamaah yang akan menciptakan komunitas/ jamaah. dalam melakukan shalat pun sudah diatur dalam syariat secara detail sesuai mazhab-mazhab yang berlaku.
Ketika masuk masjid tidak ada yang namanya si kaya, si miskin, pemimpin, bawahan, bangsawan, rakyat jelata, ulama ataupun awam. Semuanya sama rata dalam shaf shalat di masjid. Siapa yang datang lebih dulu, dialah yang berhak menempati shaf paling depan.
Begitu pula dalam hal berpuasa. Umat Islam selain berlatih mengendalikan diri juga dilatih untuk berempati terhadap saudara-saudaranya yang kelaparan di luar sana. Bagaimana rasanya tidak makan dan minum seharian seperti orang-orang yang tidak mampu.
Dalam ibadah zakat, banyak sekali jenis zakat yang diajarkan dalam Islam. Mulai dari zakat fitrah, zakat pendapatan, zakat kekayaan, zakat mal dan amal shodaqoh. Itu berarti umat Islam diharuskan punya kepedulian dan ketangguhan sosial, bukan hanya ketangguhan pribadi.
Lihatlah umat muslim yang sedang beribadah haji, mereka semua menggunakan pakaian yang sama yaitu pakaian ihram sambil bersama-sama secara kolosal melakukan rukun haji. Semua sama rasa dan sama rata tanpa terkecuali.
Adapun yang belum bisa berangkat haji masih bisa berkurban di tanah airnya. Membagikan sebagian hartanya untuk yang lain, utamanya untuk kaum yang kurang mampu. Berbagi pengorbanan demi kebahagiaan orang lain.
Belum lagi dalam syariat-syariat yang lain, hampir sebagian aspek kehidupan umat islam telah diatur dalam kitab suci Al Quran yang bisa dikaji secara dalam dan ilmiah sesuai jaman. Tidak semaunya sendiri, ada kaidah-kaidah yang harus diikuti.
Kecuali syariat Islam yang dibuat oleh penguasa dan ulama pada masa lalu demi keefisienan di masa lalu, dikarenakan itu buatan manusia, masih mungkin untuk direvisi sesuai jaman saat ini dengan musyawarah ulama sesuai kemajuan teknologi.
Justru ideologi Islam banyak kemiripan dengan ideologi Sosialisme dan Komunisme. Walaupun terdapat perbedaan fundamental, tetapi esensinya hampir sama. Dalam Islam lebih terdapat kebijaksanaan, keadilan tidak selalu harus sama rata tapi disesuaikan secara proporsiaonal.
Beda halnya dengan Demokrasi dunia barat. Segala sesuatu demi kebebasan individu yang akhirnya malah memicu untuk berlomba memperkaya diri dan obsesi, bukan untuk kemaslahatan orang lain.
Memilih pemimpin pun dengan suara terbanyak. Padahal yang terbanyak itu belum tentu baik. Tapi seharusnya dimusyawarahkan dan disepakati bersama sehingga adil bagi semua dan ditemukan pilihan terbaik. Â