Mohon tunggu...
MUHAMMAD ARIF
MUHAMMAD ARIF Mohon Tunggu... mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menyusuri Negeri Atas Awan: To' Tombi, Pesona Ajaib di Toraja

28 April 2025   20:31 Diperbarui: 28 April 2025   20:31 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: foto dokumentasi pribadi di Toraja: negeri atas awan To' Tombi

Kabut tipis menyelimuti jalanan berliku saat mobil kami perlahan menanjak. Udara dingin mulai menusuk, namun semangat kami sekeluarga justru menghangat sebentar lagi, kami akan sampai di To' Tombi, salah satu tempat paling mempesona di Toraja, yang dijuluki "Negeri di Atas Awan".

Perjalanan ke To' Tombi bukan sekadar tentang mencapai sebuah destinasi. Ini tentang pengalaman menyatu dengan alam, tentang kekaguman terhadap keindahan ciptaan Allah, dan tentu saja, tentang momen kebersamaan keluarga yang tak ternilai.

Perjalanan kami dimulai sejak subuh. Dari pusat kota Rantepao, kami menempuh perjalanan kurang lebih satu jam menuju kawasan To' Tombi. Jalan yang dilalui cukup menantang, berliku dan menanjak, namun pemandangan di sepanjang perjalanan seakan menjadi hadiah kecil, sawah bertingkat, rumah adat Tongkonan, dan kabut pagi yang perlahan-lahan bergulung di lembah.

Sesampainya di lokasi, pemandangan yang kami saksikan benar-benar di luar ekspektasi. Lautan awan membentang sejauh mata memandang, seakan-akan kami sedang berdiri di atas dunia. Anak-anak berlarian kecil di antara rerumputan, tertawa riang, sementara saya, dan para orang tua, tak henti-hentinya mengabadikan momen lewat kamera dan mata hati.

Udara di To' Tombi suasananya tenang, sejuk, dan damai, sedangkan di kota tempat kami tinggal biasanya ramai, ribut, dan sibuk.. Ada kedamaian di setiap embusan angin, ada kekaguman dalam setiap tarikan napas.

Kami menggelar tikar sederhana di salah satu sudut bukit.  Makanan yang kami bawa dari rumah nasi, ayam goreng, sambal, dan aneka buah kami tata bersama-sama. Makan di tengah hamparan awan seperti itu terasa jauh lebih istimewa. Setiap suapan diselingi tawa ringan, candaan anak-anak, dan cerita-cerita kecil yang membuat perut kami hangat bukan hanya karena makanan, tapi juga karena kebersamaan. Di sana, sederhana terasa mewah.

Setelah makan, kami menikmati kopi Toraja yang disajikan hangat di warung sederhana setempat. Rasanya begitu nikmat, apalagi dinikmati sambil memandang awan yang bergulung-gulung di bawah kaki, seolah dunia benar-benar hanya milik kami sekeluarga pagi itu.

Waktu berlalu tanpa terasa. Matahari perlahan naik, membuyarkan kabut putih menjadi bias cahaya keemasan. Awan-awan yang tadi setia menemani mulai menipis, memperlihatkan hamparan hijau yang tak kalah memesona. Dengan hati yang berat, kami berkemas, namun setiap langkah meninggalkan jejak hangat di hati.

To' Tombi bukan sekadar destinasi, ia adalah pelajaran sunyi tentang betapa berharganya waktu bersama orang-orang tercinta. Di antara awan, tawa, dan hangatnya secangkir kopi, kami menemukan makna perjalanan yang sesungguhnya, bukan tentang seberapa jauh kita pergi, melainkan tentang bagaimana kita merasakan setiap detik kebersamaan.

Saat mobil kembali melaju menuruni bukit, sesekali aku menoleh ke belakang, seolah ingin memastikan bahwa sebagian kecil dari hati kami tetap tertinggal di Negeri di Atas Awan. Seperti janji diam-diam, kami tahu suatu hari nanti, kami akan kembali mengejar awan, mengejar kenangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun