Mohon tunggu...
Aqib Muhammad Kh
Aqib Muhammad Kh Mohon Tunggu... Penulis - Santri Pesantren Kreatif Baitul Kilmah

Nafasku adalah bara api yang memacu semangat untuk tidak sekarat

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Larung Doa

1 Agustus 2022   05:08 Diperbarui: 1 Agustus 2022   06:09 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Aqib bersama guru-gurunya

Salam Sejahtera untuk kalian.....

Saudara-saudaraku sekaligus guru-guruku, semoga senantiasa doa-doa kita mengangkasa dan mengabadi pada tiap sudut langit dan diterima oleh Tuhan. Juga seiring waktu tak pernah sekalipun berkuarang barang sedikit saja. Suatu saat, ingatlah bahwa pada hari dimana kita sama dipertemukan Tuhan di sebuah lembah penuh subur dan damai. Ingat, namanya Baitul Kilmah; hamparan rumah kata, diksi, kalimat yang kesemuanya itu akan menjadi pioner untuk setidaknya menambah wawasan semakin luas. Hidup ini soal waktu. Ia tiada pernah mengasih dan memberi kita dispensasi, sekalipun bertunduk-tunduk kita mengharap agar sepersekian detik saja berhenti.

Adakah yang lebih menguasai kita dari waktu? Sudahkah waktu kita gunakan semaksimal dan sebaik-baiknya? Akan ke mana kita setelah ini dan itu? Bagaimana tujuan hidup kita setelah suatu peristiwa telah terlampaui dalam hidup? Sebabnya, tiada yang sia-sia daripada dunia ini. Membahas fana adalah soal sifat, sedang tabungan kita untuk mengabadi adalah dunia, bukan? Sedang bagaimana pencapaian kita selama ini? Sudahkah memuaskan? Sudahkah membanggakan untuk setidaknya bagi orangtua kita masing-masing? Semoga saja.

Guru-guruku yang budiman dan berakhlak baik. Bersamaan dengan ini kutuliskan sebuah memoar sekadar menjadi sabana untuk kita saling bertukar pikir, juga sebagaimana kata salah satu kalian minggu lalu: "Besok kalau kita udah pulang, Mas pasti kangen." Pastilah itu terjadi padaku yang sendiri. Sedemikian kecamuk telah kalian reda selama kuranglebih satu bulan, secepat dan sekejap ini hilang. Padaku adalah keniscayaan undang-undang pertemuan, Boi. Sedang pada kalian adalah awal perjalanan untuk merasai tubi-tubian luka dalam merasai hidup: berjuang tak kepalang tanggung di semester tua. 

Lalu bagaimana cara meredam kecamuk bila air dari kucuran sendagurau kalian tiada kujumpai lagi? Kerongkongku pastilah kering seiring waktu tiada kopi di atas meja kayu depan halaman kelas. Di mana akan aku amankan canda bila UNO telah raib dari tanganku yang kasar ini? Pada siapa aku meramu kata canda bila tiada lagi wajah-wajah sumringah kalian? Lalu bom-bom daripada permainan UNO itu hanya menjadi ilusi-ilusi absurd tak kasat mata. Hanya bahasa rindu dan kangen -mungkin- yang dapat melihatnya kentara.

Guru-guruku yang sabar, sebelum kututup surat yang penuh basi dan usang ini, kuucap terima kasih tak terhingga. Pada kalianlah aku belajar sabar ketika mulutku tak karuan mendamprat an mencemooh. Pada kalianlah aku belajar tabah ketika mulutku merengek meminta kopi dan susu, makan dan minum. Maafin. Penuh khusyuk aku mengucapkannya. Gak percaya? Belahlah dada murid kalian satu-satunya ini. Pada kalianlah aku belajar semangat, ketika malam benar-benar sampai nanar mata melongok menghadap layar laptop dengan serius. Bila aku menghadap laptop hanya untuk kepentingan pribadi danpribadi, kalian menghadap laptop untuk belajar dan belajar. Patutkah aku menjadi salah satu murid kalian, guru-guruku?

Kemarin sempat tiada punya album kenangan, tetapi alhamdulillah, syukur kehadirat Allah Swt yang menakdirkan kita untuk sama berfoto meski tidak ria yang rasai. Entah, siapa yang tahu takdir selanjutnya dari perjalanan panjang kita? Pada kalian, guru-guruku, adalah mata air yang jernih dan segar. Stidaknya selama sebulan ini aku kalian izinkan untuk mencercapi mata air, aku kalian izinkan untuk sementara menjadi keluarga besar daripada fakultas Sastra Arab. Terima kasih berkali-kali. Bolehkah aku menjadi bagian dari kalian setelah ini? Hihi (Aku tersenyum seperti Luffy).

Guru-guruku, terima kasih. Oiya, sehat-sehat di manapun kalian ditakdirkan Tuhan. Semoga rahmat agung Allah Swt senantiasa melingkupi dan menaungi. Awan-awan di atasmu adalah doa-doa kita yang setiap saat menjaga dari meyerah atas ketidakadilan hidup, katanya. Padahal takdir kita adalah sebaik-baik keputusan Allah, dalam bahasanya disebut "paradoksikal hikmah". Dapatkan bukunya di Mas Sulthon. Asek. Wqwq

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun