Mohon tunggu...
Muhammad HafiyyanAlfadani
Muhammad HafiyyanAlfadani Mohon Tunggu... ceo kopat

kalo lapar itu makan

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Demam Kopi : Wajah Baru Kota Jepara di Malam Hari

7 Oktober 2025   20:55 Diperbarui: 7 Oktober 2025   20:44 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Senja baru saja turun di Jalan Pemuda, Jepara. Hiruk pikuk kendaraan perlahan berganti dengan riuh santai pejalan kaki. Namun, ada yang berbeda di kota ini dalam beberapa waktu terakhir. Bukan lagi hanya aroma kayu jati yang menguar dari sanggar-sanggar ukir, melainkan sebuah aroma baru yang pekat dan menggoda: aroma kopi yang baru diseduh. Ada apa dengan Jepara? Sejak kapan kota yang lekat dengan julukan Kota Ukir ini punya wajah baru sebagai kota kopi?
Fenomena ini bukan isapan jempol belaka. Coba saja berjalan di pusat kota, mata kita akan disuguhi pemandangan kontras yang harmonis. Di satu sisi, berdiri coffee shop-coffee shop modern dengan lampu temaram dan desain interior yang Instagramable. Di sisi lain, berjejer gerobak-gerobak penjual kopi pinggir jalan yang sederhana namun tak pernah sepi pengunjung.
Perbandingannya cukup mencolok, kira-kira 1 banding 2. Diperkirakan ada lebih dari 30 coffee shop modern yang bersaing dengan sekitar 50 lebih 'caffe kaki lima' yang tersebar di berbagai sudut kota.
Dua dunia ini menawarkan pengalaman yang berbeda. Coffee shop kekinian seperti Anak Panah Coffe dan Kopi Tiro menjadi magnet bagi anak-anak muda. Dengan fasilitas WiFi kencang dan colokan listrik di mana-mana, tempat ini beralih fungsi menjadi ruang kerja atau tempat nugas favorit. Sementara itu, kopi pinggir jalan yang sering disebut 'caffe kaki lima' oleh warga lokal menawarkan kehangatan yang lebih otentik. Di sinilah berbagai kalangan, dari bapak-bapak sepulang kerja hingga anak sekolah, duduk bersama, bertukar cerita tanpa sekat.
Apa sebenarnya yang mendorong demam kopi ini? Suara dari mereka yang menjalaninya mungkin bisa memberi jawaban. Bagi Reza Fuadi, seorang mahasiswa dari UNISNU Jepara, "Ngopi di coffee shop tuh udah jadi kebutuhan, sih. Selain WiFi-nya kenceng buat nugas, tempatnya juga asik buat update status, hehe."
Lain cerita dengan Mas Nando, salah satu pemilik 'caffe kaki lima'. "Yang penting di sini itu kumpulnya, Mas. Kopi itu cuma pemantiknya saja biar obrolan makin panjang dan akrab," ujarnya sambil tersenyum.
Melihat fenomena ini, rasanya terlalu dangkal jika kita hanya menyebutnya sebagai tren sesaat. Ini adalah cerminan dari gaya hidup baru masyarakat Jepara. Menurut saya, menjamurnya budaya ngopi dari kelas atas hingga merakyat ini menunjukkan bahwa Jepara adalah kota yang dinamis. Identitasnya sebagai kota kreatif tidak hanya tecermin dari seni ukir, tapi juga dari cara warganya menciptakan ruang-ruang sosial baru yang hidup dan inklusif.
Jadi, dari hiruk pikuk kedai modern hingga hangatnya obrolan di pinggir jalan, kopi telah berhasil meracik sebuah cerita baru di Kota Ukir. Ia memberikan wajah baru yang lebih hidup bagi Jepara di malam hari. Malam ini, kopi mana yang jadi pilihanmu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun