Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... belajar di Universitas Sebelas Maret

SEKARANG INI CUMAN MAU MENULIS APA YANG TERLINTAS DI KEPALA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Memahami Kenakalan Remaja: bukan salah anak, tapi kegagalan lingkungan dalam mendidik

17 Juli 2025   23:18 Diperbarui: 17 Juli 2025   23:33 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kasus tersebut menunjukkan betapa kuatnya faktor teman sebaya dan komunitas lingkungan. Dua sekolah yang sebelumnya tidak ada kaitan dengan penyebab awal bisa terlibat begitu saja. Kasus ini jika dituangkan dalam konsep sebelumnya akan seperti berikut:

"Tidak ada resistensi anak (faktor individu) + pengaruh teman sebaya & lingkungan untuk tawuran (faktor sosial dan lingkungan) + luputnya pengawasan serta upaya pencegahan dari orang tua & sekolah = Motivasi tawuran anak"

Pencegahan Masih Sangat Mungkin dilakukan

Sampai sini kita perlu memahami bahwa kumulasi interaksi faktor risiko bisa dicegah. jika interaksi dari tiap faktor risiko berhasil dicegah maka semakin kecil juga kemungkinan muncul motivasi kenakalan remaja pada anak.

Dalam kasus sebelumnya, peran pencegahan keluarga tentunya dalam hal pengawasan bermedia sosial. Orang tua gagal menyadari kalimat kecil dari anaknya bisa memicu tawuran antara 27 siswa dari empat sekolah berbeda. Sekolah pun sepatutnya bisa mencegah munculnya kelompok siswa demikian melalui pendidikan moral dan disiplin yang tepat.

Contoh upaya pencegahan yang berhasil di jelaskan Anisah dalam penelitiannya "Perilaku Positif dan Prestasi pada Anak Broken Home". Penelitian ini  menunjukkan bahwa anak korban broken home (faktor keluarga) masih bisa tumbuh dan berkembang secara baik, bahkan berprestasi selama komunikasi interpersonal dengan orang terdekat tetap dijaga.

Perbaikan Sistem Tetap menjadi Solusi Utama

Melihat kompleksitas di atas, tentu mengirim anak ke barak militer tidak menyelesaikan masalah sampai akarnya. Meski faktor risiko individu dan keluarga berhasil ditekan, bukan tidak mungkin faktor risiko seperti teman sebaya, sekolah, dan lingkungan akan mempengaruhi anak lagi.

Anak yang dikirim ke barak saat ini hanya terpaku pada dua skenario: tertangkap basah  atau dikirim langsung oleh orang tuanya. Mudah saja untuk menghindar jika anak sudah paham dua skenario tersebut. Justru hal yang ditakutkan terjadi selanjutnya adalah kenakalan remaja berevolusi menjadi semakin sulit dideteksi baik oleh orang tua maupun pihak kepolisian.

Perbaikan harus dilakukan secara bertahap, menyeluruh, dan melibatkan semua pihak. Pertanyaan yang bisa diajukan adalah bagaimana keluarga dapat optimal dalam menjaga anaknya? Lingkungan sosial seperti apa yang perlu dihadirkan di sekitar anak? Pendidikan disiplin dan moral seperti apa yang perlu diberikan sekolah kepada anak?

Sekarang ini, kebijakan barak militer Dedi Mulyadi cukup mendapat atensi dan persetujuan masyarakat Jawa Barat secara luas bahkan nasional. Masyarakat perlu juga menyadari pentingnya perbaikan sistemik ini, tidak hanya bergantung pada kebijakan barak militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun