Mohon tunggu...
Muhammad Akbar
Muhammad Akbar Mohon Tunggu... Jurnalis - Seorang Jurnalis Muda yang Berkompeten

Setiap langkah adalah perjuangan, menghasilkan karya dan inovasi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Catatan Awal Tahun Mujahid Dakwah, Kebangkitan Pers dan Media Islam

17 Januari 2020   10:49 Diperbarui: 17 Januari 2020   10:50 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah telah mencatat perjalanan panjang perjuangan media dan pers Islam di Nusantara sampai Indonesia mendapatkan kemerdekaanya. Peran para aktivis media Islam dan jurnalis muslim sangatlah besar dalam kehidupan masyarakat bangsa dan Negara. 

Dalam catatan awal tahun Mujahid Dakwah ini, akan mengupas beberapa hal tentang media Islam dalam tinjauan sejarah dan fungsinya serta lahirnya puluhan bahakan ratusan media massa Islam dalam sejarah dan agenda kebangkita media Islam.

Kebangkitan pers dan media Islam telah tercatat dalam sejarah Nusantara, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Pers Islam memiliki andil yang sangat besar dalam melakukan berbagai perlawanan terhadap berbagai bentuk kolonialisme dan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda dan sekutunya.

Sejarah perjalanan pers dan media Islam dalam analisa kami, telah melalui beberapa fase. Fase pertama adalah fase Nusantara sebelum kemerdekaan Indonesia dari tahun 1900-an sampai 1945. Fase kedua adalah fase kemerdekaan di Orde Lama dan Orde Baru sekitar tahun 1945-1998. Dan fase ketiga adalah fase reformasi yang di mulai tahun 1998-sekarang.

Perjuangan ummat Islam di Indonesia melalui media massa tampaknya telah berurat dan berakar, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Jika kita bercermin melalui sejarah, maka akan terlihat media massa Islam menjadi roda-roda penggerak dalam perjuangan Islam, menjadi minyak sebagai pembakar perjuangan umat Islam bahkan menyelami nasib umat yang terpuruk di negeri ini.

Pada fase awal sekitar tahun 1906 berdiri Al-Imam sebagai majalah Islam pertama di Asia Tenggara. Ia diterbitkan di Singapura pada Jumadil Akhir 1324 H / Juli 1906 M dan berakhir pada permulaan 1909. Majalah yang menggunakan aksara Arab-Melayu atau Jawi dan diterbitkan Melayu ini dirilis di Mathba'ah (Drukkery) Melayu Tanjung Pagar, Singapura.

Michael Laffan, dalam bukunya Kebangsaan Islam dan Indonesia Kolonial, Umma Below the Winds (2002), mencatat kehadiran tokoh kunci di balik lahirnya majalah ini. 

Di antara nama-namanya adalah Sayyid Ahmad Al-Hadi, yang merupakan anak angkat dari Raja Ali Kelana bin Raja Ahmad Riau, dan Syekh Muhammad Taher bin Muhammad Jalaluddin Al-Azhari, seorang ulama muda Minangkabau yang merupakan sepupu dari ulama Syaikh Ahmad Khatib Al- Minangkabawi (1860 -- 1916). 

Pada tahun 1890, pindah dari Riau ke Lingga ke Kairo, Mesir, untuk tugas belajar dan Haji Abbas bin Muhammad Taha (Aceh). Selain Al-Hadi dan Syekh Taher, nama lain yang juga menonjol dalam majalah Al-Imam adalah Sayyid Muhammad bin Aqil bin Yahya dan Syekh Muhammad Salim Al-Kalali.

Begitu menjamurnya surat kabar pada masa itu seperti Vendunieuws (1744), Bataviasche Coloniale Courant (1801), Bintang Hindia dan lainnya. Namun sangat disayangkan karena tak satupun dari mereka menyuarakan nasib dan aspirasi umat Islam. Berbagai latarbelakang yang membuat para Ulama ini merintis Al Imam menjadi media massa Islam pertama di tanah Melayu-Nusantara.

Berbagai latar belakang lahirnya Al Imam adalah keterpurukan, kehancuran dan kerusakan kondisi masyarakat dan umat di bawah penjajahan belanda, inggris dan sekutunya, berbagai cekaman, penindasan, kekerasan, kemiskinan di alami oleh masyarakat serta tidak adanya wadah untuk menyampaikan aspirasi ummat dan tegaknya amar ma'ruf dan nahi mungkar. Dan yang paling penting adalah agar umat Islam dapat meraih kemerdekaanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun