Mohon tunggu...
Muhammad Afandi
Muhammad Afandi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan pernah menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Pancasila bagi Generasi Milenial

16 November 2022   07:59 Diperbarui: 16 November 2022   08:14 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada era post modern melalui sarana komunikasi online dan virtual online telah menawarkan perubahan budaya secara progresif dan menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian modern dalam post modern adalah masyarakatnya semakin hidup dengan sifat dominan individualistis. Sifat ini membentuk suatu karakter baru karena masyarakat hidup dengan media online yang dapat dirasakan sehari-hari. Era ini memberikan dampak positif yaitu dapat terwujudnya penegakkan hak asasi manusia dalam kebebasan berekspresi, memilih, persamaan/kesetaraan dan demokrasi. Sebaliknya teknologi yang cenderung bebas nilai memiliki dampak negatif bagi warga negara. Warga negara menjadi ketergantungan dengan teknologi dan menyebabkan kesenjangan dan pengaburan makna dimana silaturahmi bisa dilakukan tanpa tatap muka secara langsung, sehingga warga negara menjadi kurang berkontribusi untuk membangun praktik nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Magfiroh, R. 2016). Seperti menurut Abdullah (2019) permasalahan bangsa saat ini adalah terputusnya ikatan dan lemahnya kepedulian sosial yang berbentuk: Pertama, selfisme yang memperlihatkan sikap mendewakan diri sendiri yang berlebihan dengan mengabaikan rasa dan nilai. Kepercayaan diri yang berlebihan selain menghilangkan kaitan manusia dengan lingkungannya juga mengurangi sensitivitas kemanusiaan sebagai bagian dari suatu kolektivitas. Kedua, keserakahan ekslusif, suatu kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja berpuas diri menikmati kejayaannya dan tidak ingin diusik, hal ini menimbulkan keserakahan dan tidak peduli dengan orang lain. Ketiga, ketidakpedulian yang meluas sebagai wujud dari apatisme terhadap harapan akan kehidupan yang lebih baik. Setiap orang cenderung tidak terlibat atau bahkan menarik diri dari kolektivitas sehingga tidak terjalin komunikasi yang intens yang memungkinkan adanya pertukaran baik antarkelompok maupun antarkelas.
"Generasi Milenial," para siswa yang lahir antara tahun 1982--2002, sangat jelas bahwa gambaran pendidikan telah berubah. Ini adalah siswa yang tidak pernah tahu kehidupan tanpa internet. Ponsel sudah tersedia dan berfungsi lebih dari sekadar alat komunikasi verbal lebih lanjut mengungkapkan karakteristik dari generasi milenial, sepanjang waktu yang dihabiskan oleh generasi ini dibelakang layar komputer, siswa cenderung sangat sosial dan kooperatif ketika bekerja dalam kelompok, dengan begitu banyak dukungan positif dari orang tua dan tokoh otoritas lainnya, Generasi Milenial yakin tentang masa depan. Mereka percaya bahwa kesuksesan mereka akan diterjemahkan menjadi kesuksesan bagi lingkungan dan masyarakat mereka secara keseluruhan. Selain itu, ini adalah generasi yang menerima trofi dan penghargaan apakah mereka memenangkan hadiah pertama atau hanya berpartisipasi, siswa generasi ini ingin mencapai kesuksesan dalam semua aspek kehidupan mereka, dan kegiatan terstruktur mengisi sebagian besar hari-hari mereka. Mereka cenderung bekerja dengan baik dibawah tekanan dan ingin ditantang. Sebagian besar berencana untuk menghadiri perguruan tinggi empat tahun dan mengetahui persyaratan untuk masuk tinggi. Untuk meminimalkan risiko mereka tidak masuk ke perguruan tinggi pilihan mereka, siswa memahami upaya yang perlu mereka lakukan dan jangan ragu untuk melakukannya, dengan TV, komputer, pemutar MP3, ponsel, dan pesan instan sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.
Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan negara, secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan hubungan internasionalnya (Rukiyati, dkk, 2012). Pendidikan tidak hanya transfer pengetahuan tetapi juga transfer nilai untuk pembentukan karakter dan kepribadian warga negara, karena memang arah dan tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia peserta didik.
Pendidikan Pancasila adalah pendidikan yang dimaksudkan agar warga negara lebih mendalami ideologi Pancasila dan dapat membentuk kepribadian yang pancasilais. Pendidikan Pancasila memiliki visi yaitu terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila, sedangkan misi Pendidikan Pancasila adalah: (a) Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis); (b) Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara (misi psikososial); (c) Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi sosiokultural); (d) Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik.
Generasi milenial ini adalah generasi yang cenderung mudah terpengaruh dengan budaya baru yang dibawa oleh media sosila. Pengaruh hedonism, pragmatisem dan materialisme. Hal tersebut dikarenakan generasi ini dekat dan dengan mudah beradaptasi serta menguasai teknologi. Bahkan bentuk dari teknologi ini tidak bisa dipisahkan dengan generasi milenial. McAlister mengungkapkan bahwa siswa milenial merasa nyaman dan percaya diri ketika datang untuk bekerja dengan komputer dan menghargai keterlibatan multi-indera yang berasal dari bekerja di berbagai media.
Maka dalam proses pembelajaran Pendidikan Pancasila perlu mengadopsi pembelajaran berbasis living values education untuk mengkaitkannya dengan penguatan dan penanaman nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun