Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Punk, Tidak Selamanya Berperilaku Buruk

11 November 2023   14:50 Diperbarui: 11 November 2023   15:04 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Canva - Diolah pribadi

Berbicara tentang anak punk, hal pertama kali yang terlintas di pikiran sebagian besar dari kita tentangnya adalah pemabuk, pengamen, kriminal yang tubuhnya dipenuhi tato, serta penampilan khasnya yang sangat urak-urakan. Tentunya karena berbagai hal yang kita pandang itulah yang menyebabkan kita memberikan stigma yang negatif kepada anak punk tersebut. Dan stigma buruk dari masyarakat itu memang sungguh layak dan pantas untuk diberikan kepada anak punk yang pada dasarnya sering berbuat ulah, baik itu di jalanan maupun di angkutan umum.

Akan tetapi perlu di garis bawahi disini, bahwa tidak semua anak punk itu kriminal; dan tidak selamanya anak punk itu berbuat onar di jalanan. Saya mengatakan hal tersebut bukan sebagai bentuk pembelaan terhadap anak punk. Akan tetapi fakta tersebut tercipta ketika saya mengamati secara langsung kegiatan anak punk bersama teman saya. Bukan hanya mengamati, namun lebih jauhnya kami berinteraksi secara dekat dengannya. 

Sebagaimana orang pada umumnya, pada awalnya kami pun juga agak takut untuk dekat-dekat apalagi mewawancarai anak punk tersebut. Sebab pada dasarnya, kami melakukan wawancara terhadap anak punk ini sebagai bentuk untuk memenuhi tugas mata kuliah sosiologi. Namun ketika kami mulai mendekati dan menyapanya, rasa takut itu pun seketika sirna, lantaran anak punk tersebut mempersilahkan kami dengan baik untuk mewawancarainya.

Kurang lebih lima jam kami mengamati dan mewawancarai empat anak punk dengan latar belakang yang berbeda-beda pastinya. Salah satu stasiun di Jakarta menjadi titik lokasi dimana kami menemui anak punk tersebut. Jadi, di sekitar stasiun itulah anak punk mengais rezekinya dengan cara menjadi pengamen dari angkot ke angkot. Tentu pandangan sinis dari masyarakat yang naik angkot sering kali mereka dapatkan. Dan anak punk itu sadar, karena penampilannya yang nyentrik dan banyaknya tato di tangannya; membuat ia mengerti mengapa masyarakat tersebut memandang sebelah mata mereka.

Kita memang perlu waspada dimanapun kita berada; entah itu di jalanan ataupun saat menaiki angkutan umum. Namun, bukan berarti ketika kita melihat anak punk di jalanan atau se-angkutan dengan kita, kita memandang rendah mereka; kita memandang kotor mereka. Iya, memang betul secara penampilan dan banyaknya tato di tubuhnya, anak punk itu kotor dan lusuh. Iya, memang betul anak punk itu terkenal dengan keburukan yang dilakukannya. Akan tetapi, percayalah, tidak selamanya dan tidak semua anak punk itu buruk dan kotor.

Sebagaimana manusia lainnya yang bisa berubah lebih baik kedepannya; Anak punk pun juga bisa merubah perbuatannya menjadi lebih baik lagi dari sebelumya. Hal itu terlihat ketika kami mewawancarai beberapa anak punk di saah satu stasiun. Buktinya, ia sangat menerima kami dengan baik; dan dengan sopannya menjawab segala pertanyaan yang kami ajukan. Bahkan, dari interaksi secara dekat dengan anak punk; sebagian dari mereka yang kami wawancarai tentunya mengakui bahwa ia sudah kembali ke jalan yang benar. Dalam artian, mereka yang beragama Islam misalnya, mulai belajar mengaji dan sholat kembali dengan baik dan benar.

Bahkan, dengan bukti yang ditunjukkannya, anak-anak punk yang berada di salah satu stasiun tersebut setiap bulannya rela mengumpulkan uang-uang recehan yang mereka dapatkan dari hasil ngamennya, untuk disumbangkan kepada anak-anak yatim. Tentu, hal itu semakin menunjukkan bahwa walaupun anak punk itu lusuh dari segi penampilan, namun mereka punya rasa solidaritas dan jiwa sosial yang tinggi. Mereka sadar kalau yang menjalani hidup susah itu bukan hanya mereka saja, akan tetapi masih banyak orang-orang yang sejatinya lebih membutuhkan perhatian dan bantuan.

Rasanya kami malu pada saat itu, Bagaimana bisa seseorang yang hidupnya saja sudah susah, tapi masih peduli terhadap yang lain. Memang harus diakui, kami kalah dengan kepedulian anak punk tersebut. Kami tidak mempunyai rasa perhatian yang begitu tinggi seperti mereka. Tentu ketika kita tau bahwa ada anak punk yang seperti itu, kita pastinya akan kagum dan bertepuk tangan atas apa yang mereka lakukan. Ketika masyarakat pada umumnya tau kalau sebagian anak punk itu menjalankan kegiatan yang pada dasarnya 'mulia', pastinya masyarakat akan sinis tersenyum manis bila berjumpa dengan anak punk itu.

Pada akhirnya, setelah kami berinteraksi dan mewawancarai anak punk tersebut secara dekat, kami tentunya mendapatkan data. Data itu nantinya memang akan kita olah dan analisis secara mendalam untuk menghasilkan sebuah jurnal ilmiah yang harus kami kumpulkan sebagai tugas kuliah. Namun, dengan didapatkannya data yang ada, kita bukan hanya mendapatkan hal itu saja; lebih jauhnya kita mendapatkan data itu sebagai bahan pelajaran untuk diri kita. Pelajaran agar tidak cepat melabeli seseorang itu lebih buruk dan rendah dari diri kita.

Mungkin penampilan kita lebih rapih dan bersih daripada anak punk. Tetapi belum tentu yang dari penampilannya terlihat bersih dan necis, hati dan perbuatannya juga bersih. Malah kebanyakan yang kita lihat sekarang adalah seseorang yang terlihat bersih dan rapih dari segi penampilan, tapi dalam kenyataannya ia adalah seseorang yang kotor hatinya dan kriminal perbuatannya. Dan, mungkin saja kenyataan itu bukan hanya ada di orang lain saja, tetapi kotornya hati dan buruknya perbuatan juga menempel di diri kita.

Oleh karenanya, mulai saat ini, bersikaplah hati-hati dalam menstigma orang lain sebagai seseorang yang buruk dan hina. Waspada tentu saja boleh, namun jangan sampai mata yang sejatinya diciptakan oleh Allah yang maha mulia dipakai untuk memandang anak punk dengan hina. Seseorang yang memandang keburukan orang lain seolah-olah ia tidak mempunyai keburukan pada dirinya, maka pada hakikatnya dialah orang yang paling buruk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun