Mohon tunggu...
Muhammad Rafif
Muhammad Rafif Mohon Tunggu... Novelis - Mahasiswa

Selama belum masuk ke liang lahat, selama itu pula kewajiban menulis harus ditunaikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesombonganmu adalah Kebodohanmu

23 September 2022   15:14 Diperbarui: 23 September 2022   15:19 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Canva

Saat ini, kita seringkali melihat konten-konten yang menunjukkan harga dari outfit yang dikenakannya. Misalnya, ia menyebutkan harga bajunya itu 1 juta, harga celana 500 ribu, harga sepatunya 5 juta, jam nya 10 juta, dan lain sebagainya. Belum lagi yang lainnya yang memamerkkan secara sengaja barang-barang mewahnya yang ia punya dan tidak dipunyai orang lain. Saya berani menyebut orang itu adalah seorang yang bodoh, seorang yang pada dasarnya ketika ia pamer, ia menjadi rendah.

Timbulnya rasa sombong tersebut bukan disebabkan oleh segi ekonomi saja, namun lebih dari itu, segi politik dan dari segi pendidikan bisa juga menyebabkan seseorang menjadi angkuh. Misal dari segi politik, ketika saudara kita ingin mencalonkan diri sebagai gubernur, pada saat kampanye ia seringkali menghubungi kita, ramah, dan meminta kita mendukungnya. Tapi ketika ia sudah berkuasa, sudah terpilih menjadi gubernur, ia lupa kepada kita; kepada orang-orang yang mendukungnya. Pada saat jadi gubernur, ia menjadi sesosok yang tidak butuh siapa-siapa lagi.

Ada lagi contoh dari segi pendidikan, mungkin kita pernah melihat seseorang teman kita yang sangat pintar, sangat rajin, sangat ulet terhadap apa yang ia kerjakan. Dan hasilnya, ia selalu mendapatkan skor tertinggi pada setiap kesempatannya dan ketika lulus dari pendidikannya, ia mendapatkan pekerjaan yang sangat bagus. Akan tetapi sayangnya, ia mengatakan bahwa apa yang di dapatkannya itu adalah murni karena berkat kerja kerasnya.

Betul memang itu adalah berkat kecerdasannya, itu adalah hasil kerja kerasnya, akan tetapi ia melupakan satu hal yang sangat penting yang mana kalau Allah tidak berkehendak dan tidak memberikan taufik kepada orang itu, maka ia tidak akan menjadi apa-apa. Orang-orang seperti itu, tentunya tidak sadar, banyak seseorang lainnya seperti ia yang cerdas, rajin, dan sebagainya; namun Allah belum menakdirkan ia menjadi sukses.

Begitu pula ketika kita berkuasa, kita terpilih menjadi gubernur. Walaupun kekuasaan yang kita jalani itu membuat masyarakat kita sejahtera, aman, dan damai; namun karena itu, di hati kita terbesit, bahwa itu karena keunggulan yang ada pada diri kita, kita keliru. Kita tak akan mampu membuat seperti itu, kalau Allah tidak campur tangan mengurusi apa yang kita urus.

Para ulama terdahulu pernah mengatakan, "Setiap kali seseorang bertambah sombong maka bertambah pula kebodohan dan saat itu pun juga keluar pula ilmunya". Kenapa bisa begitu? Sebab ilmu tak akan pantas bila dibandingkan dengan kesombongan. Biasanya seseorang yang cerdas sering kali mengatakan, "dirinya unggul sedangkan yang lainnya rendah; saya tentunya lebih jago daripada dia". Padahal, salah satu ciri seseorang yang benar-benar berilmu ialah ia tidak merendahkan orang lain dan tidak pula menganggap bahwa dirinya lebih tinggi dari yang lain

Seorang Dosen Filsafat UIN Sunan Kalijaga sekaligus penulis buku, Fahruddin Faiz pernah mengatakan di dalam pengajiannya, bahwa segala kelebihan yang kita punya di dunia ini baik dari segi banyaknya harta, luasnya wawasan dan ilmu yang dimiliki, hingga ketampanan wajah; semuanya karena pantulan cahaya sang pencipta, Allah SWT. Sebab, pada hakikatnya Allah adalah Maha kaya, Allah juga Dzat yang mengetahui segalanya, dan Allah juga Dzat yang maha indah. Lalu, pantaskah kita sombong?

Ketika kita berpikir lebih dalam, apapun yang kita punya baik harta, jabatan, atau ilmu sekalipun, pasti akan dimintai pertanggungjawabannya dihadapan Allah SWT di hari akhir nanti. Semakin banyak harta kita, semakin berat pula kita di hisab oleh Allah. Begitupun dengan ilmu, semakin banyak pengetahuan yang kita miliki, semakin lama kita di hisab oleh Allah. Lalu, buat apa kita sombong?

Yang menentukan nasib kita adalah Allah. Yang menentukan rezeki kita adalah Allah. Bahkan, yang menentukan akhir kehidupan kita adalah Allah. Maka dari itu, jangan sampai di dalam hati kita ada sifat sombong. Bahkan, ketika kita mempunyai banyak amal kebaikan sekalipun, tak berarti kita nantinya akan masuk surga. Karena yang meridhoi kita masuk ke dalam surga hanyalah Allah. Ketika Allah megetahui bahwa di dalam diri kita ada sifat sombong atau angkuh, walaupun amal kita super banyak, maka Allah Azza wa Jalla tak akan segan untuk melemparkan kita ke dalam kobaran Api Neraka yang sangat panas.

Untuk itu, jangan pernah merasa paling baik dan paling mempunyai segala yang dimiliki, sebab segala yang kita punya hanya anugerah dari Allah. Yang pantas untuk sombong, hanya Allah. Hanya Allah yang memiliki sifat al-Kibriya, tak ada yang lain.

Kalau kita melihat video orang-orang sholeh atau ulama yang ada sekarang, tidak pernah kita melihat ia menyebutkan ia yang paling alim atau maqomnya paling tinggi.  Ia merasa dirinya masih hina, masih berlumur dosa. Bahkan, ketika ia berdiri diatas mimbar pun untuk memberikan ceramah agama, tak membuat ia merasa lebih baik daripada para jamaah yang mendengarkannya. Justru, pada saat itu, ia sangat berhati-hati menjaga hatinya agar jangan sampai sedikit kesombongan masuk ke dalam hatinya. Karena ketika kesombongan itu sudah masuk ke dalam hati, maka sama saja itu awal dari dibuka nya pintu gerbang kemaksiatan, begitulah kata orang sholeh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun