Mohon tunggu...
M. Agus Salim
M. Agus Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Netpreneur

Mengungkapkan rasa lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup Harus "Narimo Ing Pandum"

23 Agustus 2020   11:25 Diperbarui: 23 Agustus 2020   11:24 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wayang Kental dengan Falsafah Jawa (Sumber: bangkitmedia.com)

Kita adalah wujud dari sebuah perjalan detik waktu kehidupan dunia. Saat menengok perjalan hidup, dalam hati berkata "Indah dikenang, tidak untuk diulang". 

Perjalan hidup mengajarkan kita bahwa dunia ini adalah pilihan-pilihan. Life is choice, kalau kata orang-orang. Pahit, manis, asin, getir kehidupan merupakan hukum alam yang pasti dirasakan setiap orang, dan setiap orang punya caranya masing-Masing dalam mengelola rasa-rasa kehidupan tersebut.

Bicara masa lalu, tentu kita punya kisah pahit maupun manis hidup. Yang semua itu terangkum dalam metamorfisme kehidupan, saat kita mampu menyelesaikan proses metamorfisme dengan baik maka hasilpun juga akan baik, bak metarmofosis sempurna kupu-kupu. 

Saat kupu-kupu masih dalam berfisik ulat yang menjijikkan, kemudian dibungkus kepompong selama beberapa waktu, hingga akhirnya menjadi kupu-kupu indah yang terbang tinggi serta memberi manfaat luar biasa. 

Pelajarannya adalah kupu-kupu mampu mengikuti prosesnya dengan baik; bersabar dan menerima. Walau padahal prosesnya cukup menyakitkan.

Beda halnya dengan kebanyakan  manusia, yang memandang semua hal hanya secara simbolististik atau fisik belaka, tak memahami apa sebetulnya sudat pandang lain dari sebuah proses atau substansi hidup. 

Padahal kita terlahir sudah dikarunia akal dan  hati nurani, yang semestinya kita harus memahami segala sesuatu dengan substantif. Karena setiap proses hidup adalah ibarat kerang mutiara dalam laut yang bertahan terhadap dahsyatnya terpaan ombak dasar laut, hingga tercipta mutiara berlian yang sangat indah nan bernilai.

Prinsip hidup yang masih jiwa ini upayakan dan asah adalah istilah Falsafah Jawa "Narimo Ing Pandum" artinya menerima dengan pemberian-Nya atau bersikap legowo dalam menghadapi setiap lika-liku dalam hidup. 

Memegang prinsip ini tentu bukan hal yang mudah, tapi setiap kita berkesempatan bisa. Untuk bisa mengelola hati dan jiwa kita agar bisa nerimo apa yang sudah Ia create dalam scenario-Nya. 

Sampai ada kata-kata "Carilah seribu alasan untuk selalu berprasangka baik kepada Allah SWT", karena hanya Dia-lah, yang lebih  tahu apa kebutuhan diri ini, la wong Dia yang nyiptain Kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun