Mohon tunggu...
MUHAMMAD HEGEL
MUHAMMAD HEGEL Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/UIN SUSKA/Pendidikan Geografi

OLAHRAGA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal-Usul Danau Maninjau

30 Desember 2022   10:55 Diperbarui: 30 Desember 2022   10:58 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

ASAL- USUL DANAU MANINJAU

 

Danau Maninjau terletak di Kabupaten Agam,Sumatera Barat.Danau ini memiliki pemandangan alam yang mampu menarik wisata untuk mengunjunginya.Danau Maninjau terbentuk akibat erupsi vulkanik dari gunung sitinjau sekitar 52.000 tahun yang lalu.Kemudian berkembang menjadi danau dengan kedalaman hingga 108 meter.Kini,Danau Maninjau merupakan salah satu objek wisata yang ada di Kabupaten Agam.Danau Maninjau menyimpan sebuah cerita secara turun-temburun .menurut masyarakat sekitar,asal danau Maninjau berkaitan dengan kisah ''Bujang Sembilan'' yang mengisahkan tentang 10 kakak beradik yang terdiri dari 9 bujang atau laki-laki dan seorang gadis.

Alkisah pada suatu masa berdiri tegak sebuah gunung bernama Gunung Tinjau. Gunung Tinjau memiliki kawah yang sangat luas, namun dalam waktu singkat berubah menjadi sebuah danau yang indah. Kejadian tersebut tak lepas dari legenda setempat, yaitu tentang ulah dari Bujang Sembilan yang tinggal di sebuah kampung kaki Gunung Tinjau. Bujang Sembilan terdiri dari Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan Kaciak. Sebenarnya, mereka sepuluh bersaudara dengan seorang adik perempuan bernama Siti Rasani. Orang tua mereka sudah lama meninggal, sehingga keputusan di rumah itu dipegang oleh si sulung yang bernama Kukuban. Mereka juga terhitung masih bersaudara dengan pemimpin di kampung tersebut, yaitu Datuk Limbatang. Baik Bujang Sembilan dan Siti Rasani adalah anak yang giat sehingga Datuk Limbatang, paman mereka kerap mengajari keterampilan untuk bertani dan mempelajari tentang adat setempat. Hal itu tak lepas dari janji Datuk Limbatang kepada kakak perempuannya yang juga amak dari sepuluh bersaudara tersebut. Setiap datang ke tempat Bujang Sembilan, istri serta putra Datuk Limbatang yang bernama Giran pun turut serta. Para lelaki bekerja di ladang, sementara yang perempuan memasak dan berbenah di rumah. Seiring berjalannya waktu, kemampuan Bujang Sembilan menggarap sawah semakin baik dan membawa hasil melimpah. Sementara Siti Rasani juga tumbuh menjadi remaja putri yang cantik dan baik budi. Tanpa diduga, karena kerap bertemu tumbuhlah rasa cinta antara Siti Rasani dan Giran. Setelah memberanikan diri berbicara di depan kedua keluarga, hubungan mereka pun disetujui oleh kedua keluarga. Hubungan berlangsung baik hingga pada perayaan panen raya, Kukuban dan Giran berhadapan dalam sebuah pertunjukan adu ketangkasan dalam bersilat. Giran yang menangkis serangan membuat kaki Kukuban patah, sehingga si sulung merasa dipermalukan. Sejak itu Kukuban menyimpan dendam, hingga pada suatu hari Datuk Limbatang datang untuk menyampaikan niat Giran meminang Siti Rasani. Kukuban menolak dengan tegas maksud baik itu karena masih merasa dendam pada Giran. Hal itu membuat Siti Rasani dan Giran sedih, dan memutuskan untuk berdiskusi di pinggir sungai untuk mencari jalan keluar agar mereka bisa menikah. Sayangnya setelah berdiskusi panjang mereka tidak juga bisa menemukan jalan keluar dan pada akhirnya Siti Rasani memutuskan untuk pulang. Baru akan beranjak sebuah tanaman berduri merobek sarung yang ia kenakan, pahanya pun terluka. Sontak Giran segera mencari tanaman obat untuk mengobati kaki kekasihnya. Tiba-tiba Bujang Sembilan datang bersama warga dan dengan penuh amarah menuduh mereka melakukan hal yang tidak pantas. Sidang adat pun dilakukan untuk menentukan nasib dua sejoli tersebut, namun Bujang Sembilan terus memojokkan keduanya. Pembelaan Siti Rasani maupun Giran tidak didengar dan hukuman pun akhirnya dijatuhkan dengan alasan supaya kampung mereka terhindar dari malapetaka. Keduanya lantas dibawa ke kawah Gunung Tinjau, hukuman yang telah diputiskan adalah Siti Rasani dan Giran harus dibuang ke dalam kawah. Sebelum dibuang, Giran berdoa meminta keadilan kepada Tuhan, agar jika tidak melakukan kesalahan, ia meminta agar Gunung Tinjau Meletus dan Bujang Sembilan mendapat kutukan. Benar saja, setelah keduanya dibuang ke dalam kawah, gunung itu pun meletus dan mengeluarkan lahar yang membinasakan semua orang tanpa ada yang bisa selamat. Bekas letusannya kemudian menjadi sebuah cekungan yang terisi air dan menjadi sebuah danau yang indah. Sementara Bujang Sembilan mendapat kutukan, mereka pun berubah menjadi ikan dan hidup di danau yang kini dikenal sebagai Danau Maninjau.

REFERENSI

Cerita turun temburun dari masyarakat

https://katadata.co.id/agung/berita/63230f167efd4/mengulik-legenda-unik-di-balik-kawasan-wisata-danau-maninjau

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun