Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menjadi Pemenang dengan Definisi Kesuksesan yang Sederhana

25 April 2021   10:30 Diperbarui: 26 April 2021   02:19 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cintai proses pendakian Anda menuju puncak untuk menjadi pemenang yang sesungguhnya | Ilustrasi oleh Free-Photos via Pixabay

Tidak peduli kita menginjakkan kaki di bumi mana pun, narasi yang ada akan memukul kita habis-habisan bahwa kita harus berjuang untuk mewujudkan impian kita. Jika tidak, kita dilabeli sebagai sejenis makhluk kegagalan.

Saya merasakan tekanan itu pada usia 16 tahun. Oh betapa malangnya seorang anak yang baru tumbuh remaja berjalan ke sana-sini mencari jati diri.

Tapi, semua itu berakhir menggelikan. Ternyata apa yang dicari ada di kantong saku celananya sendiri.

Saya yakin semua orang merasakan pengalaman yang serupa, suatu masa di mana kita dibombardir oleh bisikan-bisikan gaib bahwa kita adalah pengecut dan bukan apa-apa.

Di setiap sudut seakan-akan terpampang sebuah poster raksasa yang tak kasat mata, memberitahu kita bahwa setiap orang dapat mencapai keinginan mereka dengan asumsi mereka mau bekerja keras.

Tapi apa yang terjadi tidak selamanya demikian. Ada beberapa orang yang pekerja keras harus kalah oleh orang-orang yang punya kekuasaan, ketenaran, bla bla bla.

Sebagian dari kita merasa berang terhadap kehidupan. Nada keputusasaan menggema tajam di setiap tempat. Bahkan tidak jarang berakhir dengan depresi, sebuah pemandangan yang suram tentang masa depan. Jadi, untuk apa melakukan sesuatu?

Jika Anda tidak menemukan orang-orang depresi di sekitar Anda, maka Anda adalah orangnya. Ya, ini sudah menjadi fenomena  yang lumrah sejak berabad-abad yang lalu.

Saya tahu betapa gelapnya jurang nihilisme karena saya pernah terperosok ke dalamnya. Setiap hari dirasa hujan jarum tak kasat mata. Perasaan di mana segala sesuatu sangat kacau, tapi sudah takdir. Sebuah keyakinan bahwa Anda memang terlahir sebagai pengecut.

Namun, setelah pencarian yang menguras waktu, saya menemukan sebuah kesadaran agung bahwa hidup bukanlah sepotong keju yang bisa habis oleh sebagian orang. 

Hidup adalah sesuatu. Setiap orang bisa memilikinya tanpa pernah takut akan kehabisan.

Satu untuk semua

Kebanyakan dari kita berkeyakinan bahwa hidup hanya memiliki sedemikian saja, seolah hanya ada sepotong keju di sana. Dan jika seseorang ingin mendapatkan potongan yang besar dari keju itu, berarti akan tersisa sedikit untuk orang lain.

Mereka menganggap bahwa pertambahan pada yang satu berarti pengurangan pada yang lain.

Seorang teman merasa iri kepada saudaranya yang berhasil dalam dunia musik. Dan bukannya keluar dari rasa iri tersebut, dia justru menanamkan sebuah keyakinan bahwa keberhasilan saudaranya itu merupakan gerbang penutup baginya untuk bisa sukses.

Orang-orang semacam itu akan sulit sekali untuk membagi pengakuan dan penghargaan, kekuasaan atau keuntungan. Mereka menjadi sulit untuk bahagia karena keberhasilan orang lain, nyaris seolah sesuatu telah direnggut dari mereka ketika orang lain menjadi sukses.

Meskipun tampak di luar ikut gembira atas keberhasilan orang lain, di dalam hati mereka merasa amat sedih. Nilai diri mereka diperoleh melalui perbandingan yang tak berdasar, keberhasilan orang lain pada titik tertentu berarti kegagalan bagi mereka.

Pada kenyataannya, hidup ini menyediakan kesempatan yang melimpah. Meskipun pada dasarnya kehidupan di dunia ini hanyalah satu, tapi setiap orang bisa mendapatkan bagiannya. Satu untuk semua.

Dan hal tersebut dapat membantu kita untuk terlepas dari bayang-bayang orang lain.

Orang-orang semacam ini percaya bahwa ada banyak di luar sana sehingga cukup untuk dibagi kepada semua orang. Paradigma ini membuka kemungkinan, kesempatan, pilihan, alternatif, dan kreativitas.

Mereka menghargai keunikan setiap orang dan mengapresiasi segala bentuk perbedaan, bahkan ketimpangan. Karakter tersebut mengakui kemungkinan yang tak terbatas untuk pertumbuhan dan perkembangan sehingga ada kemenangan bersama bagi semua pihak.

Saya akan lebih sedikit terbuka.

Ada tekanan yang mengalir kepada saya bahwa sepak bola harus menjadi tempat pendaratan saya di masa depan. Sedari kecil, saya dimasukkan ke berbagai sekolah sepak bola demi mengasah bakat dan investasi waktu. Namun, awal masa SMA menjadi masalah.

Seorang teman dekat berhasil dipanggil klub tersohor di salah kota untuk bermain dalam kelompok usia di bawah 15 tahun. Semenjak itu, berbagai bisikan bernada membandingkan menyelinap kejam menuju sanubari.

Mereka melontarkannya dengan tawa, tapi saya tahu itu bukan lelucon. Saya benar-benar tertekan dan mulai menghentikan aktivitas sepak bola.

Setelah menghadapi proses yang panjang, saya sampai pada sebuah kesadaran bahwa hidup adalah kelimpahan. Ada banyak di luar sana untuk semua orang.

Alih-alih melanjutkan perjuangan di dunia sepak bola, saya berpindah haluan menuju dunia sastra. Memang tampak tidak masuk akal, tapi di sinilah saya sekarang.

Saya menyelami pemikiran orang lain, dan kemudian mulai bermain-main dengan pikiran sendiri. Saya tertawa, resah, bahagia, sedih; semua itu berawal dari pemikiran. Dan sastra adalah taman bermain bagi pikiran.

Barangkali Anda bertanya kepada saya, "Bagaimana cara Anda menukik curam dari dunia sepak bola menuju dunia sastra?"

Menggali ke dalam diri sendiri

Dalam sebuah kesadaran yang rumit, saya percaya bahwa untuk menemukan apa yang kita cintai, kita harus mencarinya di antara hal-hal yang kita benci.

Dan sejak kecil hingga awal masa SMA, saya benci dengan aktivitas membaca buku, apalagi kegiatan menulis. Tapi, saya mulai skeptis. Mengapa saya membencinya? Apa yang membuatnya begitu mengerikan? Apakah hanya karena saya merasa tidak punya potensi di sana?

Masa bodoh, saya pergi untuk mencobanya. Saya membeli buku pertama saya dan mulai merasakan dampak luar biasa dari keajaiban sastra. Setelah membaca beberapa buku, saya mulai tergoda untuk menulis.

Saya tidak bisa berhenti tertawa ketika saya membaca tulisan pertama saya. Gaya bahasa yang kaku, tanda baca acak-acakan, opini yang menggelikan, bahkan lebih mirip seperti makalah.

Mungkin saya masih melakukannya hingga saat ini di samping perasaan bahwa saya telah berkembang. Tapi percayalah, mata Anda akan terbakar saat membaca tulisan pertama saya.

Pengalaman tersebut pada akhirnya membentuk definisi kesuksesan versi saya sendiri.

Kesuksesan adalah perkembangan diri secara konstan menuju diri yang lebih baik. Hal tersebut diwarnai oleh perbaikan-perbaikan kecil di samping pengalaman apa pun yang sedang menimpa.

Standar dan definisi keberhasilan menjadi lebih sederhana, saya bisa menggapainya tanpa harus menunggu momentum besar. Setiap hari adalah peluang. Bahkan ketika saya mengalami kegagalan, itu adalah kesuksesan.

Secara paradoksal, kegagalan justru membuka gerbang pembelajaran bagi saya untuk mengembangkan diri, di mana pada titik tersebutlah saya mengalami kesuksesan.

Ya, itulah buah manis dari keyakinan "satu kehidupan untuk semua". Setiap orang merasakan kemenangan dalam hidupnya masing-masing. Tidak ada yang kalah. Dan jika harus, lebih baik tidak ada pemenang sama sekali. Oh indahnya kehidupan.

Ini seperti Anda mengatakan, "Oke, jika Anda berhasil di sana, saya akan berhasil di sini, di bidang saya," atau, "Tidak masalah. Jika Anda berhasil, bukan berarti tidak ada peluang bagi saya untuk melebihi Anda."

Semua orang bersaing dengan sehat tanpa merasa tersaingi.

Target hidup

Dengan definisi kesuksesan tadi, target hidup menjadi lebih "terjangkau". Anda dapat melakukannya setiap saat. Tidak peduli badai petir macam apa yang sedang terjadi, selalu ada langit biru cerah yang menanti.

Tentu Anda boleh memimpikan apa pun, Anda berhak menetapkan target hidup Anda setinggi langit. Tapi, ada dua pertanyaan yang saya harap bisa membantu Anda.

#Apa yang membuat Anda rela menderita?

Sesuatu yang Anda impikan haruslah sesuatu yang membuat Anda rela berjuang untuknya. Anda harus mencintai jerih payah ketimbang hasil. Jika Anda tidak rela menderita, berarti Anda tidak bersedia untuk sukses.

#Apa yang memotivasi Anda?

Jika motivasi yang mendorong Anda adalah kesuksesan orang lain, saya memberikan alarm peringatan kepada Anda. Karena menetapkan standar kesuksesan Anda "hanya agar bisa sama suksesnya seperti orang lain" merupakan nilai yang berbahaya.

Jika Anda gagal, Anda depresi. Jika Anda berhasil, kesuksesan Anda beracun. Jika Anda melampauinya, kesuksesan Anda menjadi hampa.

Tapi andai kata Anda terlalu bingung untuk menetapkan standar kesuksesan Anda, definisi kesuksesan versi saya dapat menjadi udara psikologis bagi Anda.

Seperti yang dikatakan seorang pemikir, "Kenikmatan sesungguhnya terjadi saat kita berjuang menuju kesuksesan tanpa benar-benar pernah mendapatkannya."

Dengan kata lain, terkadang menginginkan itu lebih baik ketimbang memiliki. Dan dalam definisi kesuksesan saya, perbaikan diri menjadi syarat sebuah proses konstan yang tiada ujung.

Seandainya Anda merasa telah "sempurna", kenyataannya, selalu ada ruang untuk menjadi "lebih sempurna". Kita tidak tahu titik mana yang  bisa membuat kita berhenti, sehingga satu-satunya jalan adalah dengan terus menjadi lebih baik.

Itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun