Dengan kata lain, berpuasa dapat meningkatkan kesadaran diri kita. Dan apa yang luar biasa? Kesadaran diri sangat membantu kita dalam berpikir jernih. Dan pikiran yang jernih akan melahirkan keputusan-keputusan yang lebih baik.
Seperti yang kita tahu, kita selalu memilih setiap saat.
Meskipun banyak amalan-amalan luar biasa, menurut saya, kita seharusnya tidak membebani diri kita sendiri dengan daftar yang panjang. Karena jika kita terbebani, Ramadan bukan lagi obat bagi jiwa yang lelah.
"... Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur." (Surah Al-Baqarah ayat 185)
Ingat, agama itu memberikan kenyamanan. Jika tidak, berarti Anda keliru memahaminya.
Kita bisa fokus pada satu atau dua area yang pokok untuk diperbaiki dan dipegang teguh. Pertimbangkan untuk membuat komitmen dalam menghentikan satu perbuatan buruk yang mengganggu hidup kita.
Dan kemudian, mulailah melakukan satu perbuatan baik secara konsisten. Bagaimana langkah pertama yang efektif?
Menyesal; itulah jawabannya. Anda tidak akan bisa memperbaiki diri tanpa pertama-tama merasa menyesal atas kekeliruan Anda sendiri. Jika tidak, Anda akan tergoda untuk mengulanginya di kemudian hari.
Salah satu masalah terbesar dari Ramadan adalah apa yang terjadi segera setelahnya. Meskipun ibadah umat muslim meningkat tajam ketika Ramadan, kebiasaan itu sering luntur kembali selepas Ramadan berakhir.
Saya mengerti, menjaga kebiasaan baik tidaklah mudah. Tapi, pahamilah betul-betul mana yang baik dan buruk. Setidaknya hal tersebut dapat mendorong Anda untuk konsisten berbuat baik. Dan jika Anda melanggar, Anda dilanda penyesalan.
Dan satu catatan saya: jika momentum Ramadan masih belum mengubah sifat dan karakter Anda menjadi lebih baik, saya ragu Anda menjalaninya dengan benar.