"Pasti sebuah rumah yang sangat indah untuk berpulang!"
"Ya, mereka baru saja terbangun dari mimpinya; indah atau buruk, tergantung dari bagaimana mereka hidup di dunia."
"Orang-orang 'tertidur' saat hidup dan mereka 'terbangun' saat mati," bijak Anna.
"Kamu menjadi lebih bijak belakangan ini. Semoga Tuhan menghendaki tempat pulang yang indah bagi semua orang. Maukah kamu mengaminkan itu bersama Ayah?"
Anna terbangun dengan tiba-tiba. Badannya tengah bersandar pada pangkuan Ayah; mereka masih berada di tempat yang sama, sebuah batang pohon tumbang. Rupanya angin sejuk di tepi danau telah menghipnotisnya untuk tertidur. Dan dialog syahdu itu hanya mimpi; mimpi surgawi.
"Kamu bangun, Sayang?" tanya Ayah dengan lembut. "Matamu tampak bersinar sekarang ini," lanjut Ayah.
"Maaf, aku terhipnotis oleh angin-angin itu."
"Ya, cukup disayangkan, kamu melewatkan daun-daun tabebuya yang berguguran."
"Ke mana daun gugur itu pergi?"
Cerpen ini merupakan wujud duka mendalam saya atas wafatnya Syekh Ali Saleh Mohammed Ali Jaber. Beliau banyak mengajari kita tentang ajaibnya "seni memaafkan". Semoga Allah merahmati dan meninggikan derajat beliau. Aamiin.