"Tentang apa?"
"Tentang rasanya hidup dari awal waktu sampai akhir. Bahkan para malaikat pun tak abadi. Mereka sama seperti kita."
"Tapi katanya hidup ini anugerah; sebuah anugerah sangatlah rugi kalau dinikmati beberapa puluh tahun saja."
"Justru karena itulah, Anna. Segala sesuatu menjadi berharga saat ia memang tak abadi. Kamu akan lebih menghargai sepercik cahaya api di dalam gua ketimbang cahaya sang surya sekarang ini."
"Jadi, hidup ini disebut anugerah karena tak abadi?"
"Ayah kira kamu mengerti."
Sejenak keduanya membatu tanpa kata. Lama-lama, tamparan angin ini sangat nikmat untuk diresapi. Dan dalam keheningan itu, seekor burung gagak hitam pekat hinggap di hadapan mereka; persis di tepian danau.
"Seekor gagak!" seru Anna.
"Ia begitu berani hinggap di hadapan kita."
"Aku dengar, burung gagak menjadi pertanda akan adanya kematian. Iihh, menakutkan!"
"Kurang lebih, itu benar!"