Mohon tunggu...
Muhammad Andi Firmansyah
Muhammad Andi Firmansyah Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Politik

Fate seemed to be toying us with jokes that were really not funny.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Ke Mana Daun Gugur Pergi?

14 Januari 2021   17:01 Diperbarui: 14 Januari 2021   17:03 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mereka yang pergi tak kehilangan hidup mereka | Ilustrasi oleh Couleur via Pixabay

"Tentang apa?"

"Tentang rasanya hidup dari awal waktu sampai akhir. Bahkan para malaikat pun tak abadi. Mereka sama seperti kita."

"Tapi katanya hidup ini anugerah; sebuah anugerah sangatlah rugi kalau dinikmati beberapa puluh tahun saja."

"Justru karena itulah, Anna. Segala sesuatu menjadi berharga saat ia memang tak abadi. Kamu akan lebih menghargai sepercik cahaya api di dalam gua ketimbang cahaya sang surya sekarang ini."

"Jadi, hidup ini disebut anugerah karena tak abadi?"

"Ayah kira kamu mengerti."

Sejenak keduanya membatu tanpa kata. Lama-lama, tamparan angin ini sangat nikmat untuk diresapi. Dan dalam keheningan itu, seekor burung gagak hitam pekat hinggap di hadapan mereka; persis di tepian danau.

"Seekor gagak!" seru Anna.

"Ia begitu berani hinggap di hadapan kita."

"Aku dengar, burung gagak menjadi pertanda akan adanya kematian. Iihh, menakutkan!"

"Kurang lebih, itu benar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun