Mohon tunggu...
Muhamad Yus Yunus
Muhamad Yus Yunus Mohon Tunggu... Seniman - Sastrawan, dan Teaterawan

Lulusan Sarjana Sastra, Prodi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Pamulang. Penulis buku, kumpulan puisi Dukri Petot: Gaya-gayaan, Novel Tidak ada Jalan Pulang Kecuali Pergi, Anak Imaji, dan Sandiwara Kita di dalam atau di Luar Panggung Sama Saja (2020) Guepedia. Pendiri Teater Lonceng, Tangsel. https://sites.google.com/view/myusyunus

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Karya Seorang Guru? Jadi PNS?

30 November 2021   18:20 Diperbarui: 3 Januari 2022   09:40 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika seorang penulis memiliki karya berbentuk buku, novel, cerpen, dan puisi. Seorang pengamat memiliki karya berupa hasil analisa berbentuk karya ilmiah. Atau jika kita melihat seorang seniman berkaya, maka yang mereka hasilkan adalah sebuah seni. Seorang produser berkarya dalam bentuk pertunjukan, seorang sutradara menghasilkan aktor yang siap bermain drama, dan bidang artistik lain akan menghasilkan karya pendukung pementasan seperti sebuah karakter pada riasan wajah dan busana, kelengkapan adegan seperti properti, disain panggung untuk menunjukan latar tempat dan waktu, penggambaran suasana melalui teknik perlampuan, dan suara pengantar suasana adegan dari para pemusik dan sinden. Lalu apa hasil karya seorang guru? Apakah berupa kelengkapan berkas administrasi dan kenaikan pangkat?

Pada dasarnya karya adalah sesuatu yang berbentuk kepuasan idealis, bukan materialis. Sekalipun seorang seniman atau kreator menjual produknya atas dasar permintaan pelanggan, namun yang menjadi titik temu keberhasilan sebuah karya sendiri adalah sebuah kepuasan, hiburan, serta manfaat. Seperti berapa banyak pengguna yang menyukai hasil karya tersebut dan menggunakannya. Di sana tidak ada catatan seberapa banyak sebuah karya dapat memberikan keuntungan, dan pendapatan. Tetapi seberapa bermanfaatnya karya itu. Lalu apa manfaat seorang guru dalam mengemban tugas profesinya?

Dalam uraian di atas uang, kedudukan, dan jabatan adalah posisi yang dihadiahkan atas lahirnya sebuah karya. Bukan hal yang menjadi acuan untuk berlomba-lomba membuat karya. Meskipun dalam kenyataannya banyak orang yang rela melakukan sesuatu demi kenaikan gaji, dan pangkat. 

Dalam hal tersebut, garis semu yang menjadikan upah sebagai hadiah atas karya adalah tambahan semata. Tidak serta merta, orang yang berkarya akan mendapatkan hadiah yang sama. Banyaknya tuntutan kualifikasi untuk menjadikan seorang guru semakin kompeten dalam bidangnya, adalah bentuk yang kurang dipahami oleh seorang guru dengan imajinasi idealisnya. Hal tersebut membuat banyak guru yang seakan mengeluh dengan ketidak tahuannya. Yang padahal, alasan-alasan itu tidak berarti apa-apa. Tidak ada alasan untuk tidak berkarya, dan jadikan profesi guru sebagai alasan untuk tetap berkaya.

Wajah yang menggemaskan itu duduk di kursinya, mengamati setiap gerak-gerik dan tutur kata gurunya. Rasa ingin tahunya keluar dengan sikap yang penuh antusias, tanda ketertarikan dalam pikirannya tertuju pada pelajaran itu. Lalu apa sikap yang seorang guru harus lakukan untuk memberikan tindakan kepada seorang siswa yang terlihat lesu dan kurang bergairah di sudut kelas sana?

Beberapa siswa mungkin mencerna materi yang guru sampaikan kepadanya, dan ada pula yang tidak selancar itu. Sementara mereka tidak mungkin mendapatkan jarak lari yang sama, karena yang sulit bersaing akan tertinggal pada sebuah halte atau berlari di belakang bus antar kota. Meraka bukannya tidak ingin tahu, tapi rasa tahu itu teramat jauh untuk dijawabnya dengan pertanyaan "mengapa?"

Jika hari ini siswa kita kurang mendapatkan gairahnya untuk belajar, maka yang patut disalahkan adalah gurunya. Sama seperti seorang seniman atau budayawan, jika hari ini orang-orang tidak menyukai teater maka yang patut disalahkan adalah mereka yang berkarya di dalamnya. Untuk menghindari hal tersebut, seorang guru perlu memahami pembagian yang melekat pada tanggung jawab profesinya. Yang pertama adalah tanggung jawab seorang guru dengan kurikulum, dan yang kedua tanggung jawab guru kepada peserta didik.

Memehami kurikulum berarti memahami perencanaan, cara, dan tujuan bangsa dalam mendidik generasi baru. Memahami kinerja kurikulum adalah upaya untuk mendakatkan diri pada sebuah persiapan menjadi guru. Seperti halnya seorang seniman yang membutuhkan kuas, cat, dan kanvas. Seorang guru juga membutuhkan hal tersebut sebagai kompetensi diri dalam menghadapai kelas. Memahami kurikulum berarti menguasai alat lukis kita sebagai guru.

Selanjutnya, memahami peserta didik berarti memahami objek yang akan kita tuangkan di dalam kain kanvas. Sama seperti seorang pelukis yang terus-menerus mengamati lautan padi saat sedang melukis. Seorang murid juga membutuhkan perhatian dari seorang guru, sama seperti biji padi di hamparan hijau sana. Jika seorang pelukis salah memilih warna, maka padi yang tercipta pada kain kanvas akan berubah makna. Begitulah peran seorang guru dalam memahami peserta didiknya. Meraka adalah bahan dasar dari sebuah karya, sementara kurikulum merupakan sebuah alat untuk melukiskan pengetahuan, dan ketrampilannya.

Kegagalan bagi seorang guru sendiri adalah ketika ia tidak berhasil menciptakan generasi yang bermutu. Saya berharap siapaun orang yang memiliki perasaan itu, pasti ia adalah guru yang amat bijaksana. Melihat murid sukses mendapatkan gelar dan jabatan, seorang guru akan mengangah bangga padanya. Sementara siapa yang hatinya tidak teriris mana kala mendapati muridnya sendiri tengah duduk bersimpu meminta pertolongan orang-orang yang tengah berlalu lalang? Sekalipun si guru akan mendapatkan kehormatannya, sekalipun si guru tetap dan akan dipanggil Pak. Guru untuk sisa hidupnya, masa depan murid-muridnya adalah bagian dari cita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun