Mohon tunggu...
Admin
Admin Mohon Tunggu... Jurnalis - Read To Write

Menulislah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manusia Makhluk Unik dan Sisi Gelapnya yang Direpresi

5 September 2020   01:35 Diperbarui: 5 September 2020   02:04 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muhamad Tonis Dzikrullah

Manusia merupakan makhluk unik yang penuh enigma. Sepanjang hidup, ia belajar. Segala yang ada di bawah kolong langit, dan di atas bumi, adalah laboratorium. Ladang observasi. Ia mempelajari kosmos, ia mempelajari lingkungan, ia mempelajari orang lain, ia juga mempelajari dirinya sendiri.

Dengan observasi, Manusia memperluas sudut pandang. Dengan refleksi, Manusia menyelami kedalamannya. Pada akhirnya, Manusia memiliki pengalaman-pengalaman, Kesan-kesan, yang darinya kemudian mampu mengambil sikap dan melakukan tindakan. Bagi sebagian pengalaman yang berkesan, akan tersusun rapi dalam ingatan. Namun, pengalaman yang tidak di sukai akan ia represi.  

Hal yang tidak berkenan akan diabaikan bahkan dibuang, termasuk pengalaman-pengalaman yang lemah untuk menciptakan kesan sadar padanya. Pada akhirnya, pengalaman-pengalaman yang sebelumnya Manusia sadari itu, dipukul mundur, disudutkan, dan terpojok pada ruang ketidaksadaran.

Apakah kesan-kesan, pengalaman-pengalaman yang berada di bilik ketaksadaran itu lenyap? Tentu tidak, hal tersebut akan tetap menjadi koleksi, turut serta dalam menyetir kesadaran dengan mengendap-ngendap mengarahkan manusia untuk berbuat sesuatu.

Bagi pengalaman yang tidak berkesan dan dianggap buruk, pada akhirnya akan menjadi "shadow", Sisi gelap dari seseorang. Shadow berisi insting primitif dan negatif. Sisi buas dan kebinatangan pada manusia, yang secara relijius dan sosial tidak mendapat apresiasi, sebagaimana kejahatan, kemarahan, rasa iri, sakit hati, keserakahan, dan lain sebagainya.

"Shadow", sebagaimana hakikatnya, cenderung direpresi, tidak diakui keberadaannya. Sebab itulah "Sahdow" tersebut, berusaha untuk disembunyikan. Paradoksnya, segala yang direpresi dan menjadi "shadow", berupaya dengan segenap diri coba untuk diproyeksikan ke luar dari dirinya. Ia mengatributkan apa yang ada padanya sebagai yang buruk kepada orang lain.

Padahal, dalam diri manusia sebenarnya telah bersemayam segala jenis kejahatan yang dikutuk secara sosial. Ia tidak mau dianggap kriminal, penjahat, pemarah, curang, serakah. Maka, tindak kekerasan dilakukan. Kekerasan yang bersifat individual bahkan menjadi tindakan kolektif, hal itulah yang merupakan ekpresi dari "shadow" tersebut.

Bahkan "shadow" dapat menjelma menjadi peperangan, kebencian terhadap ras dan agama tertentu yang diluar dirinya. Mereka saling menyebut bahwa orang lain adalah penjahat, kriminal, dimana pada intinya mengkambing-hitamkan orang lain yang sebenarnya bagian dari upayanya menolak "shadow"-nya sendiri.

Dan sialnya, setiap dari manusia bersemayam sisi gelap itu. Sebuah "shadow" yang berupaya mencari jalan ke luar untuk menyerang orang lain. Tidak jarang, ia dibungkus dengan kedok agama, keunggulan ras, dan atas nama kebenaran yang jika ditelisik lebih jauh merupakan suatu ke-irasional-an.

Oleh; Muhamad Tonis Dzikrullah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun