Mohon tunggu...
Ricko Adithia
Ricko Adithia Mohon Tunggu... Guru - rickoadithia

selalu optimis untuk menjalankan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penyesalan Sang Bapak

15 Februari 2020   17:21 Diperbarui: 15 Februari 2020   17:26 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by StockSnap from Pixabay 

Didin bocah berusia 8 tahun, dengan tubuh kecil kurus kerontang. Walaupun dia terbilang masih sangat kecil, tapi didin sangat perduli dengan kehidupan nya yang serba kekurangan itu.

kegiatan sehari-harinya sangat mencengangkan semua orang dimulai dari pagi hari sehabis sholat subuh, didin sudah pergi ke pancoran yang jaraknya kurang lebih 500 meter untuk mengambil air, di isi sampai penuh bak air, karena di rumahnya belum ada sumur apalagi air pdam yang belum ada pada waktu itu.

Seusai didin memenuhi bak air, kurang lebih dua puluh balik, didin pun harus bergegas keliling kampung untuk menjual makanan seperti gorengan, bihun, pisang goreng dan lain sebagainya, karena sang ibu membuat makanan untuk di jual sehari-hari dan didin yang bertugas untuk berjualan. Setelah berjualan didin harus berangkat sekolah jam 07.30 dia berangkat sekolah sambil membawa sisa gorengan yang masih ada untuk di jual di sekolah, tanpa sepatu bahkan tanpa alas kaki sekalipun karena tak mampu untuk membelinya.

Didin : ibu, didin berangkat sekolah dulu yah...

Ibu : iya hati-hati yah di jalan

Didin : iya bu.....

Didin pun berangkat kesekolah berjalan kaki. jarak sekolahnya kurang lebih 1 kilo dan sesampainya disana didinpun selayaknya anak kecil lain nya, dia sangat periang dan banyak sekali teman nya karena didin sangat bisa bergaul di lingkungannya, dia pun tergolong siswa yang cerdas yang selalu mendapat peringkat pertama di sekolah nya. Sebelum masuk sekolah dia berdagang di halaman sekolah dan setelah istirahat dia kembali berjualan di sekolah. Dagangannya sangat laris bahkan banyak yang iba terhadapnya. bahkan para gurupun membeli jualan yang didin bawa untuk membantunya.

Sepulang sekolah didin menyerahkan hasil jualan nya ke ibunya dan setelah itu dia pun pergi ke sungai-sungai kecil untuk menangkap ikan, bahkan kadang dia menangkap ikan di sungai ciliwung yang cukup dalam dan berisiko sangat tinggi. Didin sangat lihai dalam menangkap ikan, dia selalu mendapatkan ikan yang banyak setiap hari nya yang nantinya ikan-ikan itu untuk di masak dan di makan agar lebih irit dalam pengeluaran sehari hari nya. Sementara bapa didin hanyalah pekerja buruh bangunan yang kadang ada pekerjaan kadang tidak ada.

Seteleh menangkap ikan didinpun kadang mencari pendapatan lain nya seperti berjualan buah kebetulan dibelakang rumahnya ada pohon dukuh. Rambutan, jambu dan alpukat, sewaktu berbuah didin selalu menjual buah tersebuh mangkal di pinggir jalan, sepulang itu didin mengaji sore dan didinpun tergolong sangat pintar di pengajian itu. Adapun aktivitas malam yang di kerjakan didin yaitu membantu kakanya kerja sampingan, yaitu mengumpulkan pecahan beling kadang sampai larut malam kadang hampir menjelang kadang sampai jam 2 malam. Setiap hasil yang dia peroleh dia selalu berikan kepada ibunya. Hampir semua waktunya habis selayaknya dia orang yang sudah besar yang memiliki tanggung jawab yang begitu besar.

Kegiatan seperti itupun berulang sampai didin kelas 6 SD kurang lebih 4 tahun didinpun beraanjak dewasa umurnya kini 12 tahun. Didin masih seperti dulu melakukan aktivitas sehari hari yang biasa dia lakukan. Hari hari yang dilaluinya begitu sulit dan berat. Didinpun mulai bisa berfikir sedikit dewasa setelah salah seorang guru bertanya kepada didin tentang apa cita-citanya didinpun menjawab cita cita saya adalah ingin menjadi orang yang berbakti kepada orang tua dan bisa berguna terhadap masyarakat bangsa dan negara. Berbeda dengan cita --cita murid lain nya yang ingin menjadi dokter, pilot , bahkan ada yang ingin menjadi presiden. Cita-cita didin sangat sederhana tetapi sangat besar nilai nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun