Mohon tunggu...
Muhamad riziq Maulana
Muhamad riziq Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Muslim- Intelektual-Profesional

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Mahasiswa Melek Politik

23 September 2022   16:22 Diperbarui: 23 September 2022   16:29 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering sekali kita mendengar kata 'Pemuda' lalu ada apa dengannya

? Sehingga orang-orang acap kali menyatakan bahwa mereka penerus bangsa. Pemuda adalah warga Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16-30 tahun sebagaimana yang termaktub dalam Undang-Undang 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. 

Dilansir dari situs resmi WHO dengan judul " Adolescent health in the South-East Asia Region",dijelaskan bahwa definisi remaja adalah individu dalam kelompok usia 10-19 tahun dan pemuda mencakup usia antara 10-24 tahun.  Pemuda, bukan hanya berbicara tentang berapa usianya tetapi tentang bagaimana ia berpikir. 

Oleh karena itu, Koentjaraningrat menjelaskan bahwa pemuda ialah suatu fase yang berada dalam siklus kehidupan manusia, dimana fase tersebut bisa kearah perkembangan dan perubahan.  

Siklus perkembangan dan perubahan ini tentunya tidak lepas dari manusia yang dinamakan Mahasiswa. Meskipun tidak sepenuhnya dikatakan bahwa pemuda yang belajar bukan jalur akademik  atau perkuliahan itu tidak serta merta mengalami perkembangan atau pertumbuhan. 

Tetapi mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) acapkali menjadi pemicu dan pemacu  perubahan dalam tatanan masyarakat bahkan bernegara. Maka, sudah layaknya pemuda yang berkuliah atau tercatat di perguruan tinggi  dengan dibuktikan kartu tanda mahasiswa itu menjadi harapan masyarakat Indonesia.

Sejarah telah membuktikan bahwa mahasiswa mempunyai peranan penting bagi negara. Ia tidak hanya begelut dalam masalah intelektual belaka tapi ia mampu hadir dan datang disaat negara sedang mengalami kemerosotan baik ketika sedang dijajah oleh kolonial atau pun dijajah nalar kritisnya. 

Di awali dengan lahirnya organisasi Budi Utomo yang dibentuk atau digagas oleh beberapa mahasiswa ( School tot Opleiding Van indische Artsen). Budi utomo memang tidak menyentuh ranah politik disebabkan beberapa alasan tapi ia mempunyai atau memiliki prinsip mencerdaskan kehidupan bangsa. Pengaruh itu membawa para pemuda untuk lebih aktif kembali. 

Akhirnya 28 Oktober 1928 menjadi awal kali pertama para pemuda dari seluruh Indonesia bersepakat untuk bersatu. Mereka menyadari tanpa bersatu maka Indonesia akan tetap dijajah dan tanpa berjamaah kekeuatan akan lemah dan mudah sekali untuk eksploitsi atau dijajah. Sumpah pemuda menjadi komitmen para pemuda untuk terbebas dari penjajahan. 

Para mahasiswa atay pemuda tidak hanya sebagai aktor pejuangan di depan gerbang saja tapi mereka masuk merongrong hingga kemerdekaaan tiba. Golongan muda yang terdiri dari Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni menjadi pelopor peristiwa Rengasdengklok. 

Mereka yang mempunyai daya nalar kritis melihat kesempatan di depan mata. Peluang ini tidak boleh disia-siakan oleh bangsa Indonesia saat Jepang menyerang tanpa syarat kepada Amerika. Golongan muda mengasingkan golongan tua yang dianggap orang yang berpengaruh salah satunya Soekarno. 

Pengasingan tersebut bukan tanpa sebab, mereka memiliki kepentingan yang harus segera dikonkretkan dan agar golongan tua terhindar dari pengaruh Jepang. Setelah mereka berunding tentang kemerdekaan akhirnya mendapati kesimpulan bahwa Indonesia akan secepatnya merdeka. Golongan muda mampu memerangarui golongan tua untuk mempercepat kemerdekaan .

17 Agustus 1945 Indonesia menjadi peristiwa bersejarah. Dan semua momen ini tidak terlepas dari mahasiswa. Bahkan setelah merdeka pun mahasiwa tetap menjadi agen perubahan dengan adanya Trikora. Lalu pergerekan mereka tidak layu  mereka bahkan orang-orang yang mampu menurunkan Soerhato. Di akhir zaman orde baru itu memang kebebasan itu terbelenggu oleh penguasa. 

Daya nalar kritis mahasiswa dipenjara oleh kekuasaan. Mereka yang selalu peka pada keadaan dan melek pada perpolitikan negara tidak tinggal diam. Pergerakan mereka menentukan arah bangsa ini sampai masuk era reformasi mahasiswa tetap dengan prinsipnya. 

Tidak acuh pada perpolitikan saja sudah menjadi bekal awal meskipun lebih holistik lagi jikalau mereka mandiri secera intelektual dan finansial. Dua kemandirian tersebut akan menjaga idealisme dan mempunyai ide atau gagasan yang bagus sehingga dengan finansial yang mendukung akan lebih cepat terealisasi. Jika kemandirian itu sudah disiapkan maka tidak perlu takut untuk melawan kedzaliman.

Melek politik menjadi sebuah hal yang bisa dikatakan wajib bagi setiap mahasiswa. Kenapa mahasiswa harus melek politik? Ingat, mahasiswa adalah manusia terpelajar yang mempunyai daya berpikir kritis dan sistematis. 

Metedologi yang diajarkan dikampus sudah seharusnya diaplikasikan kedalam dunia nyata. Perjuangan mahasiswa yang sejak dulu merindukan kemerdekaan akan menjadi memorial yang membekas untuk mengetahui atau mempertahankan jati diri seorang mahasiswa. Banyak sekali mahasiswa yang salah kaprah tentang politik. 

Seperti bahwa politik itu kotor, hina, membosankan dll. Padahal politik itu ibaratkan pisau, jikalau digunakan oleh seorang chef ( yang mau masak) akan digunakan untuk memotong motong bahan masakan seperti sayuran dan buah-buahan dan jikalau pisau itu digunakan oleh penjahat tentu ia menggunaka pisau untuk melukai bahkan bisa menghilangkan nyawa seseorang. Begitu pun dengan pemegang kekuasaan yang ia akan menggunakan itu seperti pembunuh atau seorang chef. 

Politik itu hanya alat untuk mewujudkan tujuan, jika tujuan itu buruk maka tunggulah kehancuran. Jika tujuannya lurus maka akan mensejahterakan rakyat sudah menjadi keniscayaan. Dan perlu digarisbawahi bahwa islam pun memandang kekuasaan atau menjadi orang yang mempunyai otoritas kebijakan suatu negara itu suatu hal yang baik, kekuasaan itu menolong.

Oleh karena itu, di tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun ini sudah selayaknya mahasiswa indonesia menjadi generasi yang mampu bersaing. Acap kali kita sering ketinggalan. 

Degradasi mentalitas muda harus segera dipulihkan sebelum Indonesia hilang dari peredaraan. Bangsa yang diperjuangkan oleh para pahlawan dengan harta dan jiwa sudah sepatutnya kita hargai. Ibnu Khaldun dalam buku Muqoddimah menyatakan bahwa ada tiga generasi, yaitu: 1.Generasi Pembangun 2. Generasi Penikmat 3. Generasi Perusak. 

Tiga generasi ini menggambarkan posisi kita dimana selama ini, apakah kita membangun? Ataukah kita hanya sibuk dengan dunia sendiri, asyik dengan kesenangan semu. Ataukah kita sebenarnya secara tidak sadar sedang merobohkan pondasi negara yang telah disusun dengan tumpuhan darah. Maka di tahun kemerdekaan ini kita renungkan nasib bangsa ini. Wallahu a'lam bi al-shawab.

Ditulis oleh: Muhamad Riziq Maulana Mahasiswa Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun