Mohon tunggu...
MUHAMAD NAUFAL RAMADHAN
MUHAMAD NAUFAL RAMADHAN Mohon Tunggu... Mahasiswa/Ilmu Ekonomi/Universitas Brawijaya

Saya anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir di kota kecil yaitu Kabupaten Lamongan. Saya seorang mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap pengembangan blockchain khususnya smart contract.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Bagaimana Realita Mahasiswa Ekonomi Magang di Telkom?

13 Juli 2025   21:45 Diperbarui: 13 Juli 2025   21:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Semua berproses mas.” Salah satu kalimat yang sering aku dengar dari mentor “ping-pongku” atau karyawan selantai di tempat magangku sekarang. Kalimat sederhana yang ternyata memiliki makna mendalam ketika merasakan langsung bagaimana dunia profesional bekerja.

Perkenalan Diriku 

Halo namaku Muhamad Naufal Ramadhan, mahasiswa Ekonomi Pembangunan dari Universitas Brawijaya. Aku mengira dunia kerja tidak jauh sibuk dengan di kampus. Ternyata kenyataannya jauh lebih kompleks dan menantang dari yang pernah kubayangkan, apalagi mengambil industri yang tidak linear dengan jurusanku.

Kenapa Magang?

Melakukan kegiatan magang, sebenarnya berangkat dari program bernama Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang menyediakan mahasiswa pilihan untuk mengambil pengalaman belajar di luar kampus. Hal ini aku lihat sebagai kesempatan ditengah cepatnya perubahan akan kebutuhan di pasar sehingga mampu mudah beradaptasi nantinya. Melalui program Magang Generasi Bertalenta (MAGENTA) sebagai salah satu jalur untuk memenuhi MBKM, aku berhasil lolos untuk bergabung dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) atau biasa disebut Telkom Indonesia pada program Digistar Class Intern (DCI) 2025.

Teknologi Digital bagian dari Masa Kecilku

Kenapa di Telkom Indonesia? Kenapa bukan di pemerintah? atau kenapa bukan di bank? Jawaban singkatnya adalah karena sejak kecil aku passion dengan yang namanya dunia digital (dimulai dari ajakan bermain di warnet saat kelas 2 SD). Bahkan hingga hari ini, aku selalu tertarik dengan perkembangannya seperti Artificial Intelligence, Blockchain, Cryptocurrency atau yang ramai digadang-gadang akan mendisrupsi pasar yaitu Komputer Kuantum.

Berangkat dari hal tersebut aku memutuskan untuk mencoba memenuhi rasa penasaranku dengan mendapat pengalaman lebih di industri teknologi informasi ini. Telkom Indonesia menjadi titik awalku dalam memahami bagaimana industri digital beroperasi di tengah perubahan cepat perkembangan kebutuhan dalam pasar.

FYI tentang Telkom

Telkom Indonesia merupakan perusahaan plat merah atau sebagai BUMN yang dikuasai 52,09% saham oleh pemerintah, sekaligus merupakan salah satu tulang punggung infrastruktur digital Indonesia. Perusahaan yang awalnya fokus pada fixed line kini bertransformasi menjadi digital telecommunication company dengan 12 anak perusahaan yang tersebar di berbagai lini. Semakin menarik karena penasaran dengan perubahan manajemen yang terjadi di internal perusahaan atas terjadinya pemindahan saham seri B Telkom Indonesia ke holding Danantara.

Lika-Liku sebagai Anak Magang di Telkom

Aku ditempatkan di Divisi Digital Business and Technology (DBT), sebuah divisi yang bertanggung jawab atas pengembangan produk digital Telkom Indonesia. Produknya banyak pembaca gunakan, sebut saja MyPertamina, Peduli Lindungi, Pijar Mahir, Katalog Elektronik LKPP, hingga OSS Kementerian Investasi.

Disini aku ditempatkan pada Chapter Digital Product Manager (DPM) dimana grup dengan kompetensi yang berisikan Product Owner (PO) dan Product Manager (PM). Selama di chapter DPM, diriku banyak mendapat pekerjaan yang menarik dan baru buatku seperti menganalisa dan membuat laporan beban kerja karyawan, menyusun dokumen pendukung untuk Standar Operasional Prosedur (SOP) manajemen proyek, membantu mewujudkan acara internal dengan asosiasi eksternal untuk peningkatan kapabilitas talent di DPM hingga membantu audit produk digital yang ada di DBT agar compliance dengan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP).

Kemudian selagi aku ditempatkan di chapter, aku juga menjadi salah satu anak magang yang mendapat sharing ke tribe lain. Tribe sendiri merupakan suatu unit kerja yang berfokus mengerjakan produk di bidang tertentu dan memiliki beberapa squad yang dipimpin oleh PM. Tribe penempatan ku yaitu GovTech Procurement (GTP) dimana unit yang berfokus pada pengembangan proyek produk digital dengan Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP) berupa Katalog Elektronik. Katalog ini sendiri seperti sebuah marketplace online-nya pemerintah dengan pelaku usaha sehingga proses lebih transparan. Aku sendiri terkejut baru tahu kalau Indonesia punya Katalog Elektronik, walaupun aku sendiri sebagai mahasiswa Ekonomi Pembangunan juga pernah belajar kebijakan publik. Hal seperti ini membuatku semakin menarik bagaimana cara kerja platform ini dan apa pekerjaan apa yang sedang menantiku nantinya.

Pada Tribe GTP, aku mendapat posisi sebagai Analis Kebijakan Publik (Magang) di Tim Policy dimana memiliki tugas utama untuk membantu menganalisis regulasi yang berdampak pada Katalog Elektronik LKPP ini. Disini aku merasa tempatku bersinar karena cukup linier dengan jurusanku sekarang, namun nyatanya aku masih perlu belajar banyak karena kompleksitas dan cepatnya perubahan regulasi sehingga menuntut diriku untuk mempelajari hal-hal baru seperti contohnya Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Walaupun terkesan aku merupakan anak ekonomi, namun aku hanya tahu sebatas apa itu KEK dan mengetahui bahwa fasilitas fiskal yang didapat oleh kawasan tersebut sangat berdampak pada pengadaan pemerintah. Beberapa regulasi yang kuanalisis yaitu meliputi pajak pada Free Trade Zone (FTZ) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) beserta pemetaan batasan geografisnya, label inovasi produk pada Katalog Elektronik, dampak penutupan platform Sistem Informasi Kinerja Penyedia (SIKaP) pada SPSE dan Katalog Elektronik, kebutuhan kategorisasi jasa konsultasi, dll. Sejauh di tribe ini, aku mendapat banyak pengetahuan dalam waktu yang singkat di tengah kebutuhan pekerjaan yang kulakukan.

Sekarang aku akan beralih ke prespektif sosial atau budaya bekerja sesuai dengan pengalaman yang kualami di Telkom. Sebagai seorang mahasiswa, aku selalu melihat BUMN akan dipenuhi karyawan yang memiliki perbedaan umur jauh dari diriku yang seorang “Gen Z” ini. Realitanya (setidaknya di lantai tempatku magang), banyak karyawan yang generasi milenial yang tidak berbeda jauh denganku. Gaya bahasa yang digunakan santai (namun sopan) dan jokes-nya pun masih nyambung denganku sehingga lingkungan nya tidak sekaku yang aku pikirkan.    

Culture Shock yang Mengubah Perspektifku

Perbedaan paling mencolok antara kampus dan dunia kerja adalah tempo dan kompleksitas masalah. Di kampus, kita biasa mengerjakan tugas dengan deadline yang relatif longgar dan masalah yang sudah terdefinisi dengan jelas. Di Telkom, aku berurusan dengan regulasi pemerintah yang perlu terus disesuaikan, koordinasi yang kompleks, dan susahnya melakukan prioritas pekerjaan ditengah hubungan sosial yang rumit. Kemudian dari segi waktu dimana aku terbiasa aktif 24/7 dengan banyaknya organisasi di kampus yang aku ikuti. Di dunia kerja, jam 5 sore selesai maka pekerjaan juga selesai (kecuali terdapat kesalahan dari diri sendiri) dan jika lebih akan diapresiasi dengan uang lembur atau insentif lainnya. Hal ini membuatku perlu menghilangkan beberapa kebiasaan dimana aku membawa pekerjaan di kantor untuk diselesaikan di kos (tempat ku tinggal di Jakarta).  

Momen Paling Berkesan

Dari semua pekerjaan yang kujalani, momen paling berkesan adalah ketika aku berhasil menyelesaikan analisis jasa konsultansi untuk kebutuhan kategori pada Katalog Elektronik. Kemudian pengalaman berkesan lainnya yaitu ketika berhasil menyusun dokumen untuk manajemen proyek dan akan digunakan oleh tim produk sebagai acuan dalam proses pengembangan produk digital nantinya.

Namun semua itu lebih berkesan karena kehangatan yang aku peroleh dari karyawan di kantor dan bagaimana treat ke diriku yang seorang magang dimana baru kali ini aku merasakannya. Di tengah pekerjaan dan di sela-sela tersebut, interaksi atau kelakukan lucu dari teman magang lainnya menjadikan proses magang menjadi semakin tak terlupakan.

 

Selama hampir enam bulan magang (10 Februari – 31 Juli 2025) di Telkom, aku belajar bahwa dunia kerja bukan hanya tentang menyelesaikan tugas, tapi tentang bagaimana berkontribusi pada ekosistem yang lebih besar. Aku belajar untuk:

  • Berpikir sistematis dalam menganalisis kebijakan publik
  • Mengomunikasikan ide kompleks dengan bahasa yang sederhana
  • Berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, dari tim internal hingga kementerian
  • Mengelola multiple projects dengan deadline yang ketat
  • Memahami kompleksitas regulasi dan dampaknya terhadap bisnis digital

Dari sini aku tahu bahwa ang paling berharga adalah pemahaman bahwa setiap pekerjaan itu sendiri, sekecil apapun, memiliki dampak yang lebih luas secara tidak langsung.

Terimakasih Banyak.

Perjalanan ini tidak akan pernah berhasil tanpa dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih kepada mentor di Telkom yaitu Kak Annisa Kiranti (Ka Ica) dan Kak Belathea Chastine (Ka Bela) yang dengan sabar membimbingku dan memahami pekerjaan. Setiap feedback dan arahan yang diberikan sangat berarti dalam proses pembelajaranku.

Terima kasih juga kepada dosen pembimbing akademik Prof. Budi yang memastikan bahwa pengalaman praktis ini tetap terhubung dengan teori yang dipelajari di kampus. Bimbingan akademik yang diberikan membantu aku merefleksikan pengalaman magang dalam konteks yang lebih luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun