Mohon tunggu...
Muhamad muktimaulana
Muhamad muktimaulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masih mencoba untuk menjadi penulis yang baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Ilmu Psikologi

10 Mei 2021   13:44 Diperbarui: 10 Mei 2021   13:53 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

      Psikologi berasal dari kata yunani yaitu psyche (jiwa) dan logos(Ilmu). Sebelum psikologi berdiri sebagai ilmu pengetahuan pada tahun 1879, psikologi (gejala-gejala kejiwaan ) di pelajari oleh filsafat dan ilmu faal. Dalam buku Sarwono (2013:1), filsafat sudah mempelajari gejala kejiwaan sejak 500-600 tahun SM,  yaitu melalui filsuf yunani kuno. Diantara para filsuf yunani kuno. Diantara para filsuf itu, Thales (624-548) yang dianggap sebagai bapak filsafat. Thales mengartikan jiwa sebagai sesuatu yang supernatural. Jadi jiwa tidak ada, karena menurut Thales yang ada di alam ini hanyalah gejala alam (natural phenomena) dan semua gejala alam berasal dari air. Sedangkan Anaximander berpendapat bahwa segala sesuatu bersal  dari air. Sedangkan Anaximander berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari apeiron (tak terbebatas, tak berbentuk, tak bisa mati) seperti konsep tentang Tuhan di masa munculnya nabi dan kitab-kitab suci. Thales percaya bahwa jiwa manusia itu ada. Thales percaya bahwa jiwa manusia itu ada.

Filsuf lainnya adalah Anaximendes yang mempercayai bahwa  jiwa itu ada dan berasal dari udara. Filsuf lain yang lebih konkrit  memaknai jiwa adalah Empedokles dan Hipokrates. Empodokles menyatakan bahwa ada empat elemen dasar alam yaitu bumi/tanah, udara, api dan air. Analoginya manusia adalah tulang/otot/usu (tanah), fungsi hidup (udara), rasio (api), dan cairan tubuh (air). Bagi Hipokrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran,  jiwa manusia dapat digolongkan ke dalam empat tipe kepribadian berdasarkan cairan tubuh yang dominan, yaitu : tipe sanguine (ringan) yang didominasi oleh darah , tipe melankolis (murung) oleh sumsum hitam, tipe kolerik atau cepat bereaksi (oleh sumsum kering), dan flegmatis (lamban) oleh lender. Namun, dari ratusan  filsuf yang berperan penting dalam perkembangan psikologi ratusan tahun kedepan adalah Socrates, plato dan Aristoteles. Socrates memperkenalkan teknik maeutics, yaitu wawancara untuk memancing keluar pikiran-pikiran itu mencerminkan keberadaan jiwa di balik tubuh manusia. Plato kemudian berteori bahwa manusia jiwa manusia mulai masuk pada tubuhnya sejak masih ada dalam kandungan dan memiliki tiga fungsi yaitu akal yang berpusat di kepala, rasa yang terpusat di dada, dan kehendak yang berpusat di perut. Aristoteles menyumbangkan pikiran yang sangat penting dalam tulisaanya yang berjudul The Anima. Dia mengatakan bahwa mahluk hidup terbagi dalam tiga golongan, yaitu tumbuh-tumbuhan, hewan, dan manusia.

      Pemikiran para filsuf Yunani Kuno berkemang terus menerus sampai pada zaman renaissance, yaitu zaman revolusi ilmu pengetahuan di Eropa. Pada era ini, Rene Descartes, filsuf perancis, mencetuskan definisi bahwa ilmu jiwa (psikologi) adalah ilmu tentang kesadaran. Menurut Descartes, segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang dapat dipastikannya, kecuali pikirannya sendiri. Filsuf George Berkeley mengemukakan pendapatnya bahwa yang terpenting adalah penginderaan, bukan kesadaraan atau rasio. Segala sesuatu berawal dari penginderaan. Dalam padangan Berkeley, psikologi adalah ilmu tentang penginderaan (persepsi). Sir Charles Bell (1774-1842 dari Inggris) dan Franchois Magendie (1783-1855 dari Perancis) yang menemukan syaraf-syaraf sensorik(penginderaan) dan syaraf-syaraf motorik  yang mempengaruhi gerka dan kelenjar. Para ahli kemudian menemukan berbagai hal, seperti Pual Briica (1824-1880 dari Jerman) menemukan pusat bicara di otak dan mekanisme refleks oleh Marshall Hall (1790-1857). Setelah penemuan-penemuan itu, timbullah defisini tentang psikologi yang mengaitkan psikologi dengan tingkah laku serta refleks.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun