Mohon tunggu...
Sang Pembelajar
Sang Pembelajar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

penulis dan pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ariel Noah, Simbol Pelecehan Wanita yang Didewakan

10 Mei 2013   07:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:49 8274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Belum juga reda pemberitaan seputar wanita-wanita cantik yang mengelilingi Ahmad Fathonah, kita dikejutkan kembali oleh kabar heboh terkait foto Mesra Ariel Noah dengan Devi Liu, seorang model majalah pria dewasa. Di sini saya tidak mau membahas tentang sejauh mana hubungan mereka, serta apakah foto tersebut nyata 100% ataukah hasil editan. Yang menggelitik benak saya justru komentar dari Devi Liu yang mengatakan , "Iya itu foto lucu-lucuan saja. Niatnya mau bikin iri teman-temannya Devi, bisa foto bareng Ariel."

Sekilas saja, pernyataan Devi di atas menunjukkan betapa ia merasa bangga bisa berfoto mesra dengan pria macam Ariel Noah. Tak ada kata penyesalan, bahkan mungkin ia tidak sadar bahwa sejatinya perbuatan tersebut telah merendahkan 'derajat kewanitaannya'. Layak untuk ditanyakan kepada seorang Devi Liu,kalau sekadar berfoto mesra saja ia merasa bangga luar biasa, jangan-jangan ketika Ariel bersedia 'berbuat lebih jauh' terhadapnya, maka justru semakin banggalah ia. Namun yang lebih layak kita cemaskan adalah satu kekhawatiran, apakah tindakan seorang Devi Liu tersebut merupakan cermin dari moralitas kebanyakan kaum wanita muda negeri ini?

Untuk menjawabnya, mungkin perlu bagi kita flashback ke belakang. Dulu ketika Ariel bebas dari hotel prodeo  gara-gara kasus video pornonya dengan Luna Maya dan Cut Tari, ratusan penggemar menyambutnya gegap gempita. Ariel disambut bak pahlawan, seolah ia adalah pejuang kemanusiaan yang ditahan penguasa lalim dan setelah penguasa lalim tersebut tumbang, kebebasan sang pejuang disambut pendukungnya dengan suka cita. Tak cuma sampai di situ. Sejumlah stasiun TV ramai-ramai mengekspose bebasnya Ariel dari jeruji besi sebagai tema yang diobral buat mendongkrak rating. Luar biasa! Seorang penjahat moral, simbol pelaku pelecehan wanita malah diapresiasi setinggi langit.

Awalnya saya pun merasa geram bukan kepalang. Ah, bagaimana mungkin seorang yang jelas-jelas terbukti melakukan tindakan mesum dan bahkan tanpa rasa malu merekam adegan mesumnya tersebut, malah semakin melejit karirnya? Kenapa tidak ada sanksi sosial bagi manusia macam itu? Tapi sejurus kemudian saya tersadar. Ternyata meroketnya kebintangan seorang Ariel pasca bebas dari jeruji besi tak dapat dilepaskan dari sifat 'pemaaf' kaum wanita negeri ini.Tengoklah, betapa jutaan remaja putri di tanah air dapat dengan mudah melupakan tindakan Ariel yang telah melecehkan derajat kaum wanita. Bahkan selanjutnya mereka dengan senang hati menjadi fans berat Ariel hingga hobi teriak histeris ketika menyaksikan idolanya beraksi di atas panggung. Ya, harus diakui. Sifat pemaaf dari kaum wanita di negeri inilah yang membuat karir Ariel tidak meredup, bahkan kian meroket. Coba kalau seluruh kaum Hawa di negeri ini memboikot Ariel. Tentu karir sang bintang bakal hancur dengan sendirinya.

Bila memang demikian realitanya, sungguh ironi sekali. Di saat para pejuang hak-hak perempuan semakin lantang berteriak, "hentikan pelecehan terhadap wanita!" Di saat hari Kartini semakin meriah diperingati, ternyata makin banyak pula wanita yang semakin gemar merendahkan derajatnya sendiri. Demi popularitas, demi kegemilangan karir mereka rela mengobral 'kewanitaannya'. Barangkali tak berlebihan bila saya katakan, fenomena Ariel ini adalah cermin moralitas bangsa, terutama kaum wanitanya yang kian mentolerir berbagai bentuk 'pelecehan halus' terhadap harkat dan martabatnya sendiri. Akhirul kalam, saya ingin mengajak kepada kaum Hawa yang masih memiliki kesadaran tinggi untuk membela derajat kewanitaannya. Stop mendewakan Ariel, karena sejatinya ia adalah simbol pelecehan wanita yang bersembunyi di balik jubah keartisan! Kalau terhadap Fathonah saja anda dapat menghakimi secara tegas, kenapa tidak dengan Ariel???????


Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun