Mohon tunggu...
Muhamad Iqbal Al Hilal
Muhamad Iqbal Al Hilal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Freelance Writer

Penulis berkonsentrasi pada isu sejarah, politik, sosial ,ekonomi, hiburan dan lain sebagainya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun Baru Sebaiknya Dirayakan atau Tidak?

1 Januari 2023   08:05 Diperbarui: 1 Januari 2023   08:14 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kembang api di malam tahun baru/ Foto: Ayobandung

(01/01/2023)- Gegap gempita menyambut tahun baru 2023 malam tadi disambut meriah dihampir semua wilayah di penjuru dunia termasuk di Indonesia. Berbagai pertunjukan dan hiburan serta letupan suara kembang api menggelegar ke seantero langit malam.

Riuh, macet dan kebisingan serta naiknya polusi akibat kembang api dan asap knalpot kendaraan melonjak tajam di malam pergantian tahun. Meskipun ini sebetulnya merupakan perayaan akhir tahun sejak terakhir kali dilakukan dua tahun silam karena terhalang pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan, China.

Pada intinya tahun baru bukanlah bagian dari ritual agama mana pun, melainkan acara tahunan yang dilakukan oleh sebagian masyarakat dunia untuk menyambut pergantian tahun dan biasanya pusat-pusat kota atau tempat keramaian seperti alun-alun, pusat pemerintahan atau tempat wisata akan dipenuhi banyak wisatawan dan pengunjung yang ingin menyaksikan perpindahan ke tahun yang baru.

Lantas apakah tahun baru wajib dilakukan dan dirayakan dengan meriah? Tentu saja jawabannya adalah tidak karena tahun baru merupakan sejenis perayaan yang tidak diwajibkan untuk semua orang melainkan opsional atau bersifat pilihan boleh dilakukan atau tidak bergantung pada diri kita sendiri.

Jika memang berkecukupan dan tidak serba kekurangan memang tidak masalah untuk dirayakan. Akan tetapi jika dilakukan tanpa memikirkan ekonomi dan keuangan yang kurang stabil atau tidak memadai sebaiknya jangan dirayakan karena akan lebih baik jika digunakan untuk kebutuhan hidup ketimbang untuk membeli jagung, daging sampai kembang api hanya demi gengsi belaka.

Selain mengurangi angka kemacetan di jalanan dan mengurangi biaya serta tentunya mengurangi emisi karbon lewat knalpot kendaraan roda dua dan empat juga lebih bermanfaat digunakan untuk istirahat karena esoknya kita tidak akan mengalami kelelahan karena begadang menyambut tahun baru.

Sebagai bangsa yang menjunjung budaya ketimuran sebetulnya perayaan tahun baru tidak lepas dari adanya pengaruh budaya di masa penjajahan tentunya karena biasanya para penjajah akan membawa budaya mereka berbarengan dengan upaya penguasaan wilayah karena ingin ada sesuatu yang ditinggalkan di wilayah jajahannya.

Berkali-kali di jajah mulai dari Portugal, Belanda, Inggris dan Jepang membuat pribumi di Indonesia terus dibayang-bayangi oleh perbedaan status karena warna kulit yang padahal antara penjajah dan orang Indonesia sendiri setara dan tidak ada bedanya karena sesama manusia. Namun mentalitas yang dipengaruhi oleh kolonial ini masih sering terjadi dan kebanyakan warga kita yang menjumpai bule atau wisatawan asing sering sekali mengajak foto bersama bule yang notabenenya merupakan masyarakat biasa seperti biasa.

Jadi intinya adalah sebaiknya tahun baru tidak dirayakan agar lebih efisien dan menjaga keuangan untuk hal-hal yang lebih berguna atau bermanfaat dikemudian hari, tentunya jika tetap ingin merayakan pun tidak masalah itu semua kembali kepada pilihan masing-masing apakah ingin melakukan kegiatan dan merayakan pergantian tahun atau sebaliknya tidak merayakannya.

Tentunya lepas dari itu semua semoga segala pencapaian di tahun 2022 yang sudah tercapai baik bagi sendiri, bangsa Indonesia maupun orang banyak dan dunia semakin baik di tahun 2023 dan Indonesia dilindungi dan dijauhkan dari marabahaya bencana alam, penyimpangan keuangan dan lain sebagainya. Semoga kejadian di tahun ini khususnya segala hal buruk tidak terjadi di tahun depan.

Lantas kalian tim merayakan tahun baru atau tidak merayakan tahun baru?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun