Mohon tunggu...
Muhamad Imron Rosyadi
Muhamad Imron Rosyadi Mohon Tunggu... Freelancer - Saya biasa dipanggil Imron

Seorang penulis konten di salah satu firma PR yang berada di Jakarta. Berpengalaman sebagai seorang jurnalis di salah satu media online di Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Rasisme di Sepak Bola Italia: Mengakar Kuat, Berbunga Lebat

8 November 2019   10:54 Diperbarui: 9 November 2019   21:08 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Romelu Lukaku (kanan) dan Mario Balotelli, dua pemain yang mengalami pelecehan rasis di Serie A Liga Italia musim ini. Foto: Istimewa.

Para Elit Tutup Mata, Supoternya Keras Kepala

Sudah punya sejarah kuat sebagai negara yang rasis, masyarakat Italia, khususnya para penggiat sepak bolanya, juga tampaknya tidak ada niatan untuk berubah. FIGC, PSSI-nya Italia, tampak tak serius untuk menanggulangi masalah tersebut. Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh penyelenggara Serie A Liga Italia.

Bisa dibilang, tidak ada kampanye yang mampu mengajak seluruh elemen di dalam industri sepak bola Italia untuk berubah dan menanggalkan rasisme seutuhnya.

Minimnya tindakan dari para elit dalam melakukan perubahan dilengkapi dengan sikap para penggiat sepak bola lainnya yang bisa dibilang tak kalah konyol.

Lihat saja apa yang dikatakan oleh Ivan Juric, pelatih Hellas Verona, setelah timnya menjalani laga melawan Brescia. Itu merupakan laga yang sama saat Balotelli mendapat pelecehan bernada rasis.

"Saya tidak ragu untuk mengatakan bahwa tidak ada yang terjadi. Memang ada siulan dan ejekan yang dilontarkan oleh suporter, tapi tidak ada ujaran rasial. Tidak ada sama sekali," ucapnya.

Padahal, bisa dibilang, seluruh 22 pemain yang berada di lapangan menyadari jika pendukung Hellas Verona bersorak menirukan suara monyet ketika Balotelli memegang bola.

Bahkan, para penggawa Hellas Verona sampai meyakinkan wasit untuk mencabut kartu kuning yang sempat diberikan kepada Balotelli lantaran ia dianggap melakukan tindakan tidak terpuji ketika menendang bola ke arah penonton akibat pelecehan tersebut.

Hal serupa juga ditemukan pada tindakan rasisme yang dialami oleh Lukaku. Kala itu, kelompok ultras Inter Milan bernama L'Urlo della Nord justru tidak membenarkan apa yang dilakukan fans Cagliari terhadapnya adalah tindakan rasisme.

Peniruan suara monyet yang dilakukan suporter Cagliari kala itu hanya dianggap sebagai upaya untuk meruntuhkan mental Lukaku saja dan menjadi bagian di dalam permainan sepak bola itu sendiri. Sungguh ironis jika melihat Lukaku justru tidak didukung oleh sebagian suporter klub yang dibelanya.

Bagaimana sikap para penggiat sepak bola Italia dalam menanggapi isu rasisme ini seakan membenarkan ucapan Balotelli dalam sebuah wawancara dengan Sports Illustrated pada 2013 lalu. Berikut ucapannya kala itu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun