Mohon tunggu...
Muhamad Agung Wahyu Pratama
Muhamad Agung Wahyu Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Nutrition Student

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Indonesia Menduduki Prevalensi Wasting Tertinggi Kedua, Segera Ketahui Faktor Penyebabnya Untuk Kebaikan Si Kecil!

11 Juni 2022   12:35 Diperbarui: 16 Juni 2022   08:13 2331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tingkat kelahiran penduduk Indonesia yang tinggi menjadi salah satu penyebab Indonesia menjadi negara yang memiliki jumlah populasi penduduk terbesar keempat di dunia. Tentu, dengan adanya peningkatan kualitas dan penanganan yang baik akan menciptakan generasi bangsa yang unggul. Namun, Indonesia masih belum sepenuhnya lepas dengan permasalahan gizi terutama pada fase balita. Balita berusia 0-24 bulan akan mengalami dua pilihan periode yaitu periode emas (golden age) atau periode kritis. Pilihan tersebut bergantung pada penanganan yang dilakukan kepada balita tersebut. 

Salah satu permasalahan gizi yang cukup tinggi di Indonesia adalah wasting atau gizi kurus pada balita. Subandi Sardjoko, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas dalam forum pertemuan tingkat tinggi rencana aksi global wasting pada anak di Indonesia mengatakan bahwa Indonesia menduduki posisi prevalensi wasting tertinggi kedua setelah Papua Nugini dengan kategori high prevalence. Oleh karena itu, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional atau disingkat dengan RPJMN, wasting ditargetkan mengalami penurunan menjadi tujuh persen pada tahun 2024. Selain itu, wasting juga masuk dalam tujuan ketiga SDGS yang berbunyi, “Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi baru lahir dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga 12 per 1000 KH (Kelahiran Hidup) dan angka kematian balita 25 per 1000”.

Wasting merupakan masalah gizi yang disebabkan tak terpenuhinya asupan nutrisi yang sesuai atau timbulnya penyakit infeksi pada balita. Secara tidak langsung wasting dapat membuat kecerdasan dan produktivitas balita menurun, sehingga berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran antropometri, seorang balita yang terindikasi mengalami wasting akan memiliki berat badan yang rendah menurut tinggi badannya dan memiliki nilai Z skor < -2 standar deviasi. Menurut Rahmalia Afriyani, dkk, Balita yang berusia 1-5 tahun cenderung memiliki risiko tinggi mengalami kejadian wasting. Jika tidak segera mengetahui faktor pemicu wasting secara mendalam maka permasalahan tersebut tak akan cepat teratasi.

Faktor Penyebab Wasting pada Balita Usia Sekitar 1-5 Tahun 

Sumber: Screenshot MS Word -Dokumen Pribadi
Sumber: Screenshot MS Word -Dokumen Pribadi

Berdasarkan sumber informasi dalam tabel, dapat diketahui bahwa faktor penyebab kejadian wasting pada balita usia sekitar 1-5 tahun adalah asupan gizi, pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, kelengkapan imunisasi, kurangnya sumber air dan lingkungan yang bersih, tingkat akses posyandu, berat badan lahir balita dan pendidikan ibu, serta ukuran dan pendapatan keluarga. 

Asupan Gizi

Sumber: kidseatincolor.com
Sumber: kidseatincolor.com

Menurut Hardinsyah & Supariasa, I. D. N. (2017) Gizi adalah bagian dari unsur pangan dan substansi tubuh manusia. Nutrisi dan makanan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat diputus dan menjadi hal utama dalam meningkatkan kualitas hidup, menjaga keseimbangan metabolisme, mempertahankan kesehatan tubuh, dan mengurangi risiko penyakit. Asupan gizi menjadi salah satu faktor kejadian wasting pada balita. Hal ini mengindikasi bahwa terjadi penyimpangan dalam pemberian gizi atau ketidakoptimalan penyerapan nutrisi dalam asupan pangan pada balita. Oleh karena itu, diperlukan assessment secara menyeluruh dan pemantauan asupan gizi yang tepat serta selalu berpedoman pada gizi seimbang.

Pemberian ASI Eksklusif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun