Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gerwani dan Depolitisasi Gerakan Perempuan

1 Oktober 2018   12:27 Diperbarui: 10 Oktober 2018   04:51 791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata Gerwani, maka akan terbayang kebrutalan dan kekejaman kaum wanita, hal itu yang setidaknya penulis alami waktu masih remaja. Sebagaimana induk organisasinya PKI, Gerwani yang  merupakan onderbrow PKI inipun mempunyai asosiasi yang sama.

Pada masa Orde baru, PKI dan seluruh organisasi yang bernaung di dalamnya ditahbiskan sebagai organisasi yang biadab. Propaganda anti PKI ditanamkan dalam segala aspek, dan memiliki implikasi politis.

Setiap orang yang memiliki garis keturunan PKI, maka akan dikucilkan dan mendapat stigma yang luar biasa buruk. Tidak hanya berhenti di situ, PKI kemudian dianggap sebagai organisasi yang terlarang di Indonesia.

Salah satu propaganda yang cukup efektif adalah pemutaran film G30S/PKI yang diputar setiap malam tanggal 30 September. Dalam salah satu adegan tersebut, ditampakkan kebrutalan dan kekejaman yang dilakukan oleh PKI dengan menculik, menyiksa, membunuh dan mengubur hidup-hidup para jendral ABRI.

Dan adegan tersebut, dilengkapi dengan penyiksaan yang dilakukan oleh kaum wanita yang tergabung dalam Gerakan wanita Indonesia atau Gerwani.

Adalah sebuah keniscayaan bahwa kekuasaan seringkali menggenggam sejarah. PKI dan Gerwani selama ini ditampakkan menjadi sejarah kelam, dengan menguak sisi negatifnya. Padahal banyak hal tersembunyi  - dan hal itu merupakan fakta yang sesungguhnya -- dalam kasus G30S/PKI tersebut.

Peristiwa tersebut telah menjadi tragedi pembunuhan massal sipil tak bersalah, serta upaya demonisasi salah satu organisasi perempuan terkuat pada zamannya, sebagai dasar untuk melakukan pembungkaman bahkan upaya penghancuran gerakan perempuan di Indonesia.

Gerwani sebagai salah satu gerakan perempuan di Indonesia, yang notabene merupakan negara Selatan mengadopsi konsep ini. Berbeda dengan gerakan perempuan di negara--negara maju (Utara) yang lebih mengusung feminisme radikal, gerakan perempuan negara-negara Selatan lebih berorientasi Sosialis.

Biasanya gerakan perempuan di negara-negara yang berada dalam proses perubahan sosialis mendapatkan dukungan penuh dari seluruh aparat negara, seperti federasi Perempuan Tiongkok di China.

Pada konggres pertama pada bulan Desember 1951, Gerwis yang menjadi cikal bakan Gerwani, berada dalam kondisi sulit. Banyak utusan yang seharusnya hadir masih berada di penjara.

Hal ini tidak lepas dari peristiwa Pemberontakan PKI 1948 di madian yang dipimpin Muso. Pasca peristiwa tersebut, PKI dan semua onderbrow nya banyak yang ditangkap, termasuk para aktifis perempuan yang bernaung dalam PKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun