Mohon tunggu...
Muhamad Mustaqim
Muhamad Mustaqim Mohon Tunggu... Dosen - Peminat kajian sosial, politik, agama

Dosen

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyusuri Situs Troya Turki, Sejarah yang Hilang

27 Mei 2018   13:25 Diperbarui: 27 Mei 2018   13:35 1384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bus melaju membelah hamparan kuning hijau ladang bunga matahari, sesekali diselingi hijau jagung dan gandum. Gerombolan pohon zaitun yang berbaris rapi seakan tak mau ketinggalan untuk tampil dalam pertunjukan film "kaca jendela" bus kami. Pagi ini kami akan mengunjungi sebuah situs kuno di Hisarlik Canakkale, yang menjadi saksi bisu peradaban manusia, peradaban Troya yang terlupa.

Menyebut nama troya, yang terlintas barangkali adalah nama binatang kaki empat bersurai, kuda. Memasuki pelataran situs, kami disambut patung raksasa kuda Troya, para pengunjung bisa naik dan masuk ke dalam kuda kayu raksasa ini. Konon, kuda troya yang sama ukurannya dalam Film Troy, diletakkan di pusat kota Canakkale, merupakan hadiah dari pemeran utama film tersebut, Bratt Pit.

Situs Troya, tidak lepas dari mitologi Yunani tentang perang Troya. Perang troya merupakan perang besar antara Kerajaan Sparta melawan kerajaan Troya. Secara geografis, letak kerajaan Sparta (Yunani) dan Troya (Turki) relatif dekat. Konon penyebab perang yang memakan waktu hampir sepuluh tahun tersebut adalah karena persoalan asmara. 

Menurut cerita, Istri raja Sparta yang bernama Helen diculik oleh pangeran Troya, Paris. Mengingat pertahanan Troya yang hebat, pasukan Sparta hanya tertahan di depan benteng selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya mereka menggunakan strategi jitu,meninggalkan kamp dengan menyisakan sebuah kuda raksasa. 

Pasukan Troya menganggap bahwa kuda raksasa tersebut adalah bukti kekalahan Sparta, sehingga dibawalah kuda tersebut ke dalam benteng. Nah pada malam harinya, puluhan pasukan sparta keluar dari dalam kuda, dan membuka pintu gerbang benteng dari dalam. Akhirnya pasukan sparta menyerang ke dalam benteng dan mampu mengalahkan  Troya. Begitu kira kira cerita singkatnya.

dokpri
dokpri
Selama berabad lamanya, masyarakat masih menganggap bahwa troya adalah mitos. Hingga pada abad ke 19, seorang peneliti Jerman melakukan penggalian di Hisarlik, dan menemukan sebuah situs kuno. Situs ini merupakan bangunan benteng yang diperkirakan di bangun sekitar 3000 tahun sebelum masehi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa situs troya dibangun dalam 9 periode. Konon, setiap periode mengalami kehancuran akibat faktor alam,gempa bumi. 

Dan kemudian dibangun kembali oleh periode selanjutnya. Dari papan petunjuk yang ada di situs, periode terakhir diperkirakan pada masa abad ke 6 masehi. Oleh pemandu, kami diperlihatkan bahwa setiap batu pada satu periode, akan berbeda bentuk, motif, dan ukurannya dengan periode lainnya. Hal ini menandakan bahwa setiap periode mempunyai peradaban dan teknologi yang berbeda.

Situs Troya ini mengingatkan saya pada dua situs besar di Indonesia, yang salah satunya pernah masuk dalam 7 keajaiban dunia UNESCO, yakni Borobuddur dan Prambanan. Kedua candi tersebut, konon ditemukan dalam keadaan berserakan dan tidak berpola. Namun oleh peneliti dan pemerintah, reruntuhan tersebut akhirnya bisa direkonstruksi sehingga menjadi bangunan supermegah seperti yang kita saksikan saat ini. 

Berbeda dengan situs Troya yang belum bisa direkonstruksi menjadi bangunan secara utuh. Konon, ketika penelita Jerman menemukan situs Troya, ia kemudian memboyong beberapa temuan berharga tersebut ke negaranya. Sehingga orang Turki mengenalnya sebagai penemu sekaligus pencuri.

Memasuki situs Troya, seakan memasuki lorong waktu peradaban. bongkahan batu besar yang tersusun rapi dengan arsitektur yang cukup canggih pada zamannya, seakan menjadikan benteng tersebut tak tertembus oleh siapapun dan apapun. Beberapa artifak seperti perabot dari marmer, tiang, tembikar menunjukkan tingkat teknologi pahatan yang cukup maju. 

Situs altar persembahan yang masih terjaga, menunjukkan tingkat religiusitas masyarakat tersebut. Konon, ritus pemilihan Paus ala vatikan yang memakai media asap sebagai penanda koneksitas sipiritual mengadopsi ritus persembahan masyarakat Troya ini. Keberadaan amphiteater yang masih tertata rapi menandakan konsepsi musyawarah yang digunakan sebagai sistem politik dan sosial pada era klasik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun