Mohon tunggu...
Muhamad Rifki Resna Permana
Muhamad Rifki Resna Permana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Assalamu`alaikum wr,wb. Halo teman-teman sedikit perkenalan diri, Saya merupakan salah satu mahasiswa kimia yang memiliki ketertarikan terhadap isu-isu lingkungan. Dengan ketertarikan tersebut, tentunya berhubungan dengan salah satu hobi saya yaitu ekspedisi alam. Meskipun hobi itu merupakan hobi lama yang telah menjadi cerita untuk saya sekarang, tetapi dengan pengalaman itu saya memahami bahwa kondisi lingkungan ditentukan oleh karakter penghuninya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Plastik sebagai Sumber Emisi Karbon Gas Rumah Kaca (GRK)

3 Mei 2024   10:45 Diperbarui: 3 Mei 2024   11:54 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah teman-teman mengetahui bahwa plastik dapat menjadi sumber emisi karbon? Produksi sampah plastik di Indonesia sendiri masih terus mengalami peningkatan. Mulai dari tahun 2017 sampai tahun 2023, peningkatan sampah plastik di Indonesia berkisaran pada 9,2 ton sampai 12,87 ton. Produksi sampah plastik tersebut diproyeksikan akan terjadi peningkatan pada tahun 2025 karena aktivitas masyarakat Indonesia yang masih terikat oleh penggunaan plastik seperti pengemasan pemasaran, pengemasan produk, penggunaan gelas/botol plastik sekali pakai, dan aktivitas penggunaan plastik lainnya. 

Menurut The Center International Environmental Law, "Plastic & Climate: The Hidden Costs of a Plastic Planet" menyatakan bahwa hingga tahun 2050, emisi karbon dari siklus produksi hingga pembuangan plastik akan mencapai 2,8 juta metrik ton CO2 atau setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh 500 pembangkit listrik tenaga batu bara.  Bahaya plastik tidak hanya terbatas pada pencemaran lingkungan yang kita lihat secara kasat mata saja, melainkan plastik juga berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) yang dapat memperparah krisis iklim yang terjadi di bumi. 

Jejak karbon plastik tercipta mulai dari proses produksinya hingga pembuangannya.  Ekstraksi, pengolahan, dan transportasi bahan baku plastik, seperti minyak bumi dan gas alam berpotensi menghasilkan emisi CO2, metana, dan etilena. Proses manufaktur plastik juga turut serta menyumbang emisi GRK ini. Studi dari PBL Netherlands Environmental Assessment Agency menunjukkan bahwa emisi gas rumah kaca dari produksi plastik mencapai 1,56 miliar metrik ton CO2 per tahun yang setara dengan emisi dari 400 juta mobil di jalan raya selama setahun.

Sampah plastik yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) melepaskan metana, gas rumah kaca yang 25 kali lebih kuat dalam memerangkap panas daripada CO2. Pembakaran sampah plastik secara terbuka pun menghasilkan emisi CO2 dan polutan berbahaya lainnya. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan bahwa emisi metana dari dekomposisi sampah plastik di TPA mencapai 59 juta metrik ton per tahun, berkontribusi pada pemanasan global. Selain itu, pecahan plastik kecil yang mencemari tanah dan laut dapat menyerap bahan kimia yang berbahaya sehingga terkonsumsi oleh biota laut. Proses ini menghasilkan emisi metana dan berkontribusi pada perubahan iklim. Mikroplastik di lautan dapat menghasilkan emisi metana hingga 1,4 miliar metrik ton per tahun atau setara dengan emisi dari 300 juta ekor sapi.

Lantas bagaimana gas CO2 dan gas-gas lainnya yang bersumber dari plastik dapat menjadi GRK?  Jumlah gas CO2 yang melebihi ambang batas di atmosfer menyebabkan energi yang diserap ke bumi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi sehingga energi tersebut akan bereaksi dengan ozon dan menyebabkan temperatur bumi mengalami peningkatan yang signifikan. Pada peristiwa tersebut lapisan ozon mulai menipis yang dimana lapisan tersebut merupakan lapisan yang penting agar temperatur bumi tetap stabil dan melindungi kontak bumi dengan sinar UV secara langsung. Paparan sinar UV secara langsung akan menimbulkan efek terhadap makhluk hidup di bumi, seperti kanker kulit, kerusakan imun, dan merusak ekologi bumi.

Selain gas CO2 yang dihasilkan dari pengolahan plastik yaitu gas metana, CH4. Metana mempunyai dampak signifikan terhadap atmosfer karena dapat menghasilkan CO sebagai produk oksidasi antara dan mempengaruhi konsentrasi radikal hidroksil di atmosfer dan ozon. Gas tersebut menghasilkan hidrogen dan H2O di stratosfer yang berperan sebagai penghilangan klorin yang dapat merusak ozon. Radiasi yang dihasilkan CH4  sekitar 25 kali lipat dari CO2. Peningkatan konsentrasi metana dan beberapa lainnya gas rumah kaca lainnya memiliki efek yang tidak proporsional terhadap retensi radiasi infra merah karena spektrum serapan inframerahnya mengisi kesenjangan dalam spektrum keseluruhan radiasi yang tidak tercakup oleh karbon dioksida dan uap air yang jauh lebih melimpah. Oleh karena itu, peningkatan konsentrasi karbon dioksida memiliki efek tambahan yang relatif kecil karena gas sudah menyerap fraksi radiasi infra merah yang tinggi di wilayah spektrum gas tersebut dapat menyerap foton sehingga peningkatan konsentrasi metana memiliki dampak yang signifikan dibandingkan dengan gas CO2.

Dengan demikian, peristiwa di atas dapat kita ketahui bahwa CO2 dan CH4 merupakan gas rumah kaca utama yang berkontribusi terhadap pemanasan global. Peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca dapat mempengaruhi sirkulasi atmosfer dan secara tidak langsung memperburuk penipisan ozon. Selain itu, CH4 dapat bereaksi dengan radikal hidroksil di atmosfer dan menghasilkan formaldehida, yang kemudian dapat bereaksi dengan klorin dan berkontribusi terhadap penipisan ozon.

Penyebab utama penipisan lapisan ozon adalah senyawa kimia seperti chlorofluorokarbon (CFC), halons, metil bromida, dan senyawa lain yang mengandung klorin dan bromida. Senyawa-senyawa ini melepaskan klorin dan bromida di stratosfer, yang kemudian bereaksi dengan ozon (O3) dan memecahnya menjadi oksigen biasa (O2). Oleh karena itu, upaya global diarahkan untuk mengurangi dan menghapuskan penggunaan senyawa yang merusak ozon, seperti yang diatur dalam Protokol Montreal. Meskipun CO2 dan CH4 bukan penyebab langsung, kedua gas ini memberikan dampak secara tidak langsung terhadap penipisan lapisan ozon melalui pemanasan global.

Satu langkah upaya kita sangat penting untuk mengatasi masalah GRK ini. Upaya tersebut dapat dimulai dari kebiasaan kita untuk menjadi bagian dari matter-recycling (masyarakat berkelanjutan) sehingga kita mempunyai wawasan luas terhadap suatu tindakan, dampak, dan solusi serta menempatkan kita sebagai bagian dari lingkungan (immanen) yaitu dengan mengurangi penggunaan plastik, menerapkan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), menggunakan  media penyimpanan makanan dan minuman yang dapat dipakai secara berulang, dan lain sebagainya.

Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun