Mohon tunggu...
Muhamad Nurdin
Muhamad Nurdin Mohon Tunggu... Penulis - Baru Belajar Menulis Di Kompasiana.

Masih Harus Banyak Belajar Dari Para Senior Di Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru dan Tantangan Masa Depan

11 Februari 2024   00:00 Diperbarui: 11 Februari 2024   00:16 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Alkisah  pada suatu padepokan silat ada guru ulung yang dijuluki “pendekar”, pada pondok pesantren ada guru alim  yang dijuluki “kyai”,  pada perguruan tinggi ada pakar yang dikukuhkan sebagai “guru besar”. Dan pada lembaga pendidikan ada guru yang berkualitas.

Orang arif menasehati, kalau mau berguru ilmu silat datanglah kepada pendekar ulung yang terkenal, kalau mau belajar agama datanglah kepada seorang kyai yang tersohor,  kalau mau kuliah datanglah ke kampus yang banyak bertebaran guru besar kenamaan, dan kalu mau sekolah datanglah ke sekolah yang gurunya berkualitas.

Itulah barangkali nasihat bijak dari seorang arif. Kekondangan sebuah padepokan silat karena melekat pada nama besar pendekarnya, kemashuran suatu pondok pesantren terletak pada nama besar kyainya, dan gengsi sebuah perguruan tinggi terletak pada guru besarnya.

Begitulah kehebatan dan pengaruh guru pada sebuah lembaga dimana dia bernaung. Hanry Adam seorang sejarahwan terkemuka mengatakan A teacher effect eternity he cen never tell where his influence stops (Seorang guru itu berdampak abadi, ia tidak pernah tahu dimana pengaruhnya itu berhenti).

Kini setelah Indonesia merdeka, dan upaya mencerdaskan bangsa sedang digalakan, pembicaraan guru nampaknya belum beranjak dari seputar klasik yaitu persoalan “gaji”. Memang benar bahwa tingkat kesejahteraan guru di Indonesia masih memprihatinkan, walaupun sekarang ada sertifikasi yang menaikan gaji guru satu kali gaji pokok, tapi itu hanya setara dengan kondisi guru di negara miskin Afrika. 

Rendahnya tingkat kesejahteraan tersebut akan semakin tampak bila dibandingkan dengan negar-negara lain di dunia. Di negara maju gaji guru lebih tinggi di bandingkan dengan pekerja lain, sementara di Indonesia justru sebaliknya.

Menurut  Kholida  Qothrunnada, yang melansir dari laman naibuzz (2/3/2022), ada 10 negara yang memberikan gaji tertinggi di dunia, diantaranya:

Swiss, gaji rata-rata guru: US$ 110.000 per tahun atau setara Rp 1,57 miliar (kurs Rp. 14.300). Swiss adalah negara dengan gaji guru tertinggi di urutan pertama. Swiss dinilai memiliki peringkat tinggi dalam kualitas pendidikan, khususnya dalam matematika tingkat lanjut.

Luksemburg, gaji guru rata-rata: US$ 100.000 per tahun atau setara Rp 1,43 miliar. Luksemburg memang dikenal memiliki kualitas pendidikan yang baik. setiap orang dengan usia 4-16 tahun harus bersekolah dan belajar berbicara dalam tiga bahasa yakni, Luksemburg, Jerman, dan Prancis. Adanya penekanan pada aspek Pendidikan tersebut, maka tidak heran kalau gurunya mendapatkan gaji yang tinggi.

Kanada, gaji rata-rata guru: US$ 74.000 per tahun atau setara Rp 1 miliar lebih. Di Kanada sekitar 5,4% dari PDB negara dihabiskan untuk biaya pendidikan, dengan menginvestasikan biaya untuk setiap pendidikan tersier siswa (sekolah menengah, perguruan tinggi, dan tingkat lanjut).

Jerman, gaji rata-rata guru: US$ 70.000 per tahun atau setara Rp 1 miliar. Jerman masuk dalam daftar negara dengan gaji tertinggi di dunia. Sistem pendidikan di Jerman terbilang kompetitif. Di Jerman tidak ada biaya kuliah yang dibebankan kepada orang tua. Namun semua itu harus ditentukan melalui tes siswa, sebagai bukti bahwa mereka layak untuk mendapatkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun