Mohon tunggu...
Pakde Amin
Pakde Amin Mohon Tunggu... Penulis - Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Belajar menikmati dan memaknai kehidupan melalui kata-kata

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Humor Sufi: Terpenjara Hasrat dan Ambisi Diri

24 Desember 2021   11:20 Diperbarui: 24 Desember 2021   11:34 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Banyak ragam dan profesi yang diciptakan oleh Sang Pencipta terhadap diri kita sebagai manusia.  Keragaman itu merupakan sebuah bentuk keseimbangan dalam kehidupan.  Dan tidak ada manusia yang diciptakan dalam kondisi hina (sejelek-jeleknya manusia), karena setiap kekurangan adalah sebagai bentuk kelebihan yang lain dan dimiliki dibandingkan dengan orang yang kelebihan.

Memang ada manusia yang merasa dirinya dilahirkan dengan tidak cantik/tampan atau memiliki posisi/kedudukan yang terhormat dan kondisi yang demikian bukan berarti dirinya tidak akan lebih baik dibandingkan mereka yang cantik/tampan/memiliki posisi/kedudukan.

Namun sering kali diri kita akan memiliki keinginan untuk melebihi dari garis yang ada dengan melakukan sesuatu yang diluar hal yang wajar.  Karena manusia sudah terpenjara dalam "ingin" yang menguasai dalam kehidupan dirinya.  Dan pengetahuan yang ada dan ditemukan oleh manusia selalu berkembang bahkan selalu berusaha agar dapat memenuhi "keinginan" yang tidak wajar dan muncul dari diri manusia itu sendiri.

Ketika ini terjadi maka sebetulnya diri kita sudah lepas dari "kepastian" yang diberikan oleh Sang Pencipta.  Karena manusia diciptakan sesuai dengan kadar masing-masing agar kehidupan ini dapat hidup teratur dalam keseimbangan yang sejati.  Dan sering kali diri lepas/tidak menerima "kepastian" karena diri terbiasa dengan pemahaman yang di penjara oleh hasrat dan ambisi.

Kehidupan yang penuh dengan kesadaran akan dapat mengekang keinginan manusia yang terpenjara oleh hasrat dan ambisi diri yang berlebih.  Walaupun sebetulnya hasrat dan ambisi merupakan fitrah setiap diri manusia dalam kehidupan.  Dan ketika tidak dapat menemukan pegangan pemahaman yang "baik" maka diri akan menjadi terpenjara.

Hasrat dan ambisi bukanlah hal yang buruk bagi setiap diri manusia karena itu merupakan hal yang wajib untuk "dikelola" bukan dimatikan.  Dan ketika diri mampu mengelola dengan baik maka itulah diri yang sesungguhnya.  Namun ketika diri tak mampu mengelola dan menjadikan "tuhan" dalam kehidupan maka diri akan lepas dari titik keseimbangan yang benar.

Tidak semua diri manusia diberi pemahaman yang sama derajatnya. Namun ini tidak berarti mengurangi kemauan untuk mencari kebenaran yang seharusnya untuk dijadikan bekal dalam kehidupan manusia.  Dan tidak semua manusia mampu mencari dan menemukan diri untuk menjadi sempurna dan selalu menuntut yang terbaik untuk hidupnya karena itu perlu selalu belajar dan memaksimalkan "kerja diri" sebagai manusia yang sesungguhnya.

Arogansi Diri   

Sebuah cerita atau fenomena yang sekarang masih hangat menjadi bentuk instropeksi diri kita. Dikisahkan adanya ahli kecantikan yang menjadi perguncingan rekan-rekan profesi yang lain.  Hal yang didiskusikan para rekan profesi adalah mengapa banyak orang yang ingin merubah penampilannya agar dirinya merasa "lebih" dibandingkan dengan kondisi ini.  Dan setiap diri manusia yang datangpun bukan dari kalangan orang yang lemah ekonomi tetapi kalangan orang yang berduit.  

Bukan masalah kecemburuan ataupun masalah materi yang diperdebatkan oleh para rekan-rekannya, melainkan masalah esensi dalam kehidupan diri manusia.  Dan mungkin ibaratnya profesi yang baru ini merupakan sebuah "panjang tangan" atau sebuah bentuk "Pengingkaran" Sang Pencipta jika keinginan membantu pasien adalah untuk tujuan menyamai "berbangga" dengan output kerjanya.

Dan mungkin hal yang seperti ini sudah merupakan hal yang lumrah dan wajar untuk kondisi sekarang.  Kewajaran hal yang demikian dikarenakan diri hanya fokus pada fisik diri agar kelihatan lebih menarik.  Namun hal ini berbeda jika dikaitkan dengan "pengetahuan yang baik" akan menemukan pemahaman berbeda jika "kerja" nya untuk kesembuhan atau tujuan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun