Mohon tunggu...
Mr. M Akbar Ari P
Mr. M Akbar Ari P Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Beropini, Akun Baru.

Tempat Share Pengalaman dan Opini.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Gimana Sih, Berpolitik Kayak Main Bola Blunder Terus

21 Desember 2023   21:17 Diperbarui: 22 Desember 2023   03:54 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Debat Capres Perdana. Foto : Tribunnews

Dalam tahun tahun pemilu yang panas ini, tak jarang kita sering mendengar tentang janji janji politik dari para calon pejabat public, mulai dari Tingkat daerah bahkan Tingkat nasional. yang mana dalam demokrasi ini adalah suatu hal yang wajar karna, itu salah satu bentuk usaha untuk mendapatkan elektabilitas atau eksistensi calon penjabat public di mata rakyat.

Salah satu indicator penting penilaian rakyat terhadap para calon pejabat Publik adalah komunikasi politik. Yang di mainkan ke ruang public oleh para calon pejabat. Dalam hal ini apabila calon melakukan kesalahan statment atau istilah yang ramai sekarang yakni "Blunder" dapat menurunkan eletabilitas politik. Sehingga berdampak pada penurunan citra dan berkurangnya dukungan terhadap calon tersebut.

Di Tingkat nasional, pemilihan presiden dan wakil presiden, tak jarang para capres dan cawapres ataupun tim pemenangan melakukan blunder politik, yang mana hal ini bisa di analisa dari mulai etika,gesture,dan perkataan yang keluar dari mulut mereka, sehingga hal ini bisa di tandai sebagai merosotya dukungan kepada kubu yang melakukan blunder.

Menurut kaca mata penulis semakin mendekati hari H bukan malah makin menjaga elektabilitas. akan tetapi sebaliknya, semakin terlihat dan semakin banyak blunder - blunder yang muncul di permukaan public. Terutama di mulai dari pemberitaan di sosial media. Sama rata semua memilki blunder, baik itu dari capres no urut 01,02 dan 03 semua memiliki blundernya masing masing, akan tetapi ada beberapa indicator blunder yang di nilai parah dan bahkan sampai menggunakan kata kata yang kurang etis. Perlu di ketahui pejabat public yang saat ini maju adalah seorang pemimpin yang harusnya dapat memberikan contoh mulai dari perkataan dan perbuatan khususnya kepada generasi muda sehingga hal tersebut dapat di jadikan cermin untuk pemimpin baik selanjutnya.

Blunder politik yang muncul di permukaan public mulai dari yang di lakukan, oleh paslon urut 1 yakni cak imin. yang mana banyak statement beliau yang blunder, salah satunya tentang BBM gratis, sungguh tidak masuk akal. karna masyarakat saat ini sudah pintar dan ilmu mudah di akses sehingga masyarakat dapat berkalkulasi. pasti sulit dan bahkan mustahil di lakukan. Kemudian paslon no urut 2 prabowo, salah satu nya yang juga di nilai banyak melakukan blunder politik yakni terbaru "ndasmu etik" ingat! Lisanmu adalah harimaumu serta cermin dirimu, yang mana itu perlu dimanajemen sehingga rakyat tak berspekulasi negatif dan menganggap arogan. Kemudian peryataan Mahfud tentang "OTT KPK tanpa bukti" merupakan peryataan yang tendensius dan merusak citra dirinya dan ganjar sebagai kandidat capres dan cawapres. Dan masih banyak lagi blunder blunder lain yang di lakukan oleh masing masing paslon.

Tak cukup hanya itu eksistensi dan juga elektabilitas menurun bisa juga karna, blunder blunder yang di lakukan oleh calon pejabat public di masa lalu. Terutama di mulai dari pemberitaan di media cetak maupun media online yang diangkat Kembali ke ruang public dengan melihat rekam jejak pengalaman dan proses yang di lalui oleh calon tersebut. Karna mengacu kepada filsafat romantisme yakni pengalaman adalah sumber kebijaksanaan terutama dalam hal memimpin.

Tetapi dalam sisi rakyat sebagai pemilih, dari blunder bluder yang dilakukan kita bisa bersyukur karna kita dapat menafsirkan atau menilai sendiri mana yang memang lebih pantas menjadi pemimpin dan mana yang mesti perlu banyak belajar sehingga tak salah pilih pemimpin. Di samping itu memilih pemimpin apalagi di Tingkat nasional tidak seperti memilih kucing di dalam karung. semua perlu pembuktian dengan melihat rekam jejak dan juga pengalaman mengelola negara. Jadi jangan asal pilih. ini mau urus negara bukan urus tetangga sekian terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun