Agak menyesal saya baru belakangan ini mencoba berinvestasi emas, bukannya sejak awal Pegadaian mengEMASkan Indonesia saya memulai (sekitar 2015-2016) - kalau sejak itu kan tabungan saya sudah banyak. Kalau zaman sekarang sudah banyak -- termasuk saya yang menyadari bahwa investasi emas merupakan pilihan populer di Indonesia karena dianggap aman, likuid, dan memiliki potensi lindung nilai terhadap inflasi. Terlebih Pegadaian sebagai lembaga keuangan milik negara menyediakan berbagai produk emas, seperti tabungan emas, emas batangan, hingga cicilan emas yang mana kesemuanya memudahkan masyarakat untuk berinvestasi. Meski relatif aman, tetap ada risiko yang perlu dikelola dengan baik agar tujuan investasi tercapai.
Risiko dan Manajemen Risiko Investasi Emass
1. Risiko Fluktuasi Harga Emas
Harga emas sangat dipengaruhi oleh kondisi global, kurs rupiah, hingga kebijakan moneter internasional. Nilainya bisa naik atau turun dalam jangka pendek. Nah, agar dapat mengelola risiko ini, investor sebaiknya memiliki orientasi jangka panjang dan melakukan pembelian secara bertahap (dollar cost averaging). Dengan cara ini, harga beli emas bisa lebih merata dan tidak terlalu terpengaruh oleh volatilitas jangka pendek.
2. Risiko Likuiditas dan Biaya Transaksi
Meskipun emas mudah dicairkan, investor tetap perlu memperhatikan biaya administrasi, biaya cetak, maupun selisih harga jual dan beli (spread). Di Pegadaian, biaya ini bervariasi tergantung produk (tabungan emas, cetak fisik, atau cicilan). Strategi manajemen risikonya adalah memahami terlebih dahulu struktur biaya, serta menentukan kapan waktu yang tepat untuk menjual emas agar keuntungan tidak tergerus.
3. Risiko Penyimpanan dan Keamanan
Bagi investor yang memilih emas fisik di rumahya, risiko kehilangan, pencurian, atau kerusakan perlu diantisipasi. Pegadaian menyediakan layanan penitipan emas atau cetak emas sesuai kebutuhan. Namun demikian, banyak nasabah lebih memilih tabungan emas digital agar lebih praktis dan minim risiko kehilangan. Nah, diversifikasi antara emas fisik dan tabungan emas bisa menjadi pilihan manajemen risiko yang bijak.
4. Risiko Keterbatasan Dana
Beberapa investor khawatir tidak bisa membeli emas karena harga per gramnya yang tinggi. Pegadaian mengatasi risiko ini dengan produk tabungan emas, di mana nasabah bisa mulai menabung dengan nominal kecil, bahkan setara 0,01 gram. Dengan demikian, risiko terhambatnya investasi karena modal terbatas dapat diatasi, dan investor bisa tetap konsisten menambah saldo emasnya. Aman, kan?
5. Risiko Psikologis dan Keputusan Investasi
Emas sering dianggap "selalu naik", sehingga investor cenderung panik ketika harga turun. Di sinilah pentingnya edukasi dan disiplin strategi. Jangan khawatir, Pegadaian kerap menyediakan literasi keuangan dan simulasi perencanaan, membantu nasabah agar tidak mengambil keputusan emosional untuk mengatasi risiko ini.
***
Manajemen risiko dalam investasi emas di Pegadaian menekankan pada pemahaman produk, diversifikasi cara menyimpan emas, disiplin strategi pembelian, serta kesadaran terhadap biaya dan fluktuasi harga. Dengan pendekatan ini, emas tidak hanya menjadi instrumen tabungan aman, tetapi juga aset investasi yang mampu menjaga dan meningkatkan nilai kekayaan dalam jangka panjang. Berminat berinvestasi emas tanpa waswas? Cus ke Pegadaian!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI