Mohon tunggu...
Muhamad Yogi
Muhamad Yogi Mohon Tunggu... Freelancer - Penyair Paruh Waktu

Aksara Rasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Proses Afiksasi dalam Proses Morfologis Bahasa Indonesia

6 Desember 2022   12:40 Diperbarui: 6 Desember 2022   12:48 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva (Koleksi Pribadi)

Pemakaian suatu bahasa sangat dibutuhkan oleh semua orang untuk berkomunikasi. Bahasa merupakan alat atau syarat sehingga manusia satu dengan yang lain dapat saling berhubungan dalam pergaulan setiap hari. Bahasa juga dapat menyampaikan pandangan seseorang terhadap sesuatu baik melalui lisan ataupun tulisan.

Proses afiksasi adalah proses morfologis  dengan cara membubuhkan/menambahkan imbuhan pada suatu bentuk dasar. Proses afiksasi dalam bahasa Indonesia dikenal beberapa macam afiks/imbuhan yaitu: prefiks, infiks, konfiks, dan sufiks. Prefiks disebut juga imbuhan awal/awalan.

Infiks disebut juga imbuhan sisipan. Sufiks disebut juga imbuhan akhir/akhiran. Konfiks merupakan imbuhan gabungan antara prefiks dan sufiks, keduanya melekat secara bersama-sama pada suatu bentuk dasar di bagian depan dan belakangnya

Contoh Proses Afiksasi

Prefik

"Kali pertama istri Kiai Nuh mati pada Oktober 1965 saat dia baru berumur enam tahun."

Pada kalimat di atas terdapat kata berumur, yang terbentuk dari prefiks ber- + kata dasar umur. Prefiks ber- merupakan alomorf (varian bentuk) dari be-. Bentuk dasarnya berupa kata benda, maka nosi prefiks ber- adalah mempunyai, dalam konteks ini saat Kiai Nuh mempunyai umur enam tahun.

Konfiks  

"Kali kedua dia mati pada 1983 ketika penembakan misterius merajalela."

Pada kalimat di atas terdapat kata penembakan, terbentuk dari konfiks pe(n)-an + kata dasar tembak. Bentuk konfiks pe-an yang melekat pada bentuk dasar akibat morfofonemik menimbulkan bunyi sengau (nasal) pe(n)-an + diikuti kata dasar berfonem /t/, sehingga bentuk konfiks ini haru mengikuti kaidah nasalisasi. Bentuk dasarnya berupa kata benda, maka nosi konfiks pe-an adalah proses, cara perbuatan menembak. Dalam konteks ini, terjadi peristiwa penembakan pada tahun 1983.

Sufiks  

"Delapan jam hampir semua warga menganggap nyawanya tidak mungkin diselamatkan."

Pada kalimat di atas terdapat kata nyawanya, terbentuk dari sufiks -nya+ kata dasar nyawa. Sufiks -nya menempel pada bagian belakang bentuk dasarnya. Nosi sufiks -nya sebagai penegas hubungan. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah nyawa Nyai Dini yang dianggap oleh warga tidak bisa diselamatkan.

Infiks

"Kalau terpaksa keluar kamar dia selalu menunduk, gemetar, dan menghindar untuk berpapasan dengan saya."

Pada kalimat di atas terdapat kata gemetar, terbentuk dari infiks -el- + kata dasar getar. Sebagai infiks bentuknya melekat dalam kata. Nosi infiks -el- adalah menyatakan mengeraskan maksud. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah perasaan bersalah yang dialami Tini ketika bertemu dengan suaminya sehingga gemetar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun