Bika dan Pelajaran Tentang Meminjam
Di sebuah sore yang cerah, Bika sedang sibuk membuat jaring-jaring kubus untuk tugas sekolahnya. Ia bersemangat, menggambar garis-garis lurus dan menghubungkan titik-titik.
“Bismillah… ya Allah, sudah jadi jaring-jaring kubus ku,” ucap Bika dengan bangga.
Namun, tiba-tiba ia kebingungan.
“Loh, gunting ku di mana ya? Ah, pinjam punya Kabi saja.”
Bika pun berjalan ke kamar Kabi. Tapi karena Kabi tidak ada, ia langsung mengambil gunting dari kotak pensil Kabi tanpa izin. Setelah itu ia juga meminjam lem dari meja Kabi. Bika berniat mengembalikannya, tapi setelah selesai ia hanya meletakkannya begitu saja tanpa merapikannya.
Ketika malam tiba, Kabi masuk ke kamarnya. Ia melihat kotak pensilnya berantakan.
“Hah, siapa lagi yang ngacak-ngacak kamar? Ini pasti ulah Bika!” serunya kesal.
Kabi pun mendatangi adiknya.
“Bika, kamu tadi masuk kamarku?”
“Iya, Kak,” jawab Bika polos.
“Kamu buka kotak pensilku?”
“Iya, aku pinjam gunting sama lem. Tapi sudah aku kembaliin kok.”
“Tapi kamu tidak merapikannya lagi. Ingat, kalau pinjam barang harus izin dulu!” tegur Kabi.
Bika hanya menunduk. Ia merasa kakaknya marah sekali.
Keesokan harinya, Bika mencoba memperbaiki kesalahannya.
“Kabi, aku boleh pinjam pensil warna enggak?” tanyanya sopan.
“Boleh, asal nanti dikembalikan lagi,” jawab Kabi sambil tersenyum.
“Tentu saja. Terima kasih, Kak!”
Hari itu Bika belajar sesuatu: meminta izin memang lebih baik.
Namun, sifat cerobohnya kembali muncul. Ia melihat Kak Sela pulang membawa kapal layar mainan. Kapal itu begitu indah, membuat Bika tergoda. Saat Sela tidak ada di rumah, Bika pun mengambil kapal itu tanpa izin.