Mohon tunggu...
Mufti Riyani
Mufti Riyani Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar dan Penjelajah

Belajar dari apa saja, dari siapa saja, tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Demokrasi: Skeptis atau Pesimis?

30 Desember 2020   22:58 Diperbarui: 30 Desember 2020   23:32 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal ini penting agar kita tidak terjebak pada aspek yang bersifat fenomena saja. Tinggal kita memiliki keteguhan untuk menjaga ruhnya, menjaga perjalanannya, gerbong yang membawa marwah demokrasi itu sendiri. 

Upaya ini masih sangat mungkin, sebab common sense hanya pengetahuan yang dibangun secara selektif. Barangkali common sense kita terhadap demokrasi juga dibangun dari sikap pesimisme yang negatif, sehingga mudah menilai dan berpikir praktis jangka pendek.

Menumbuhkan Skeptisisme Bukan Pesimisme

Demokrasi dalam pandangan akademisi dan kaum intelektual berdasarkan sikap skeptisisme akan melahirkan kontradiksi. Seyogyanya kedua sumbu ini berangkat dari tujuan yang sama berupa peningkatan mutu demokrasi, dengan demikin maka sikap kritis yang muncul tetap berada pada penilaian yang objektif. 

Harapannya adalah diskursus yang berkembang, diskusi yang terjadi merupakan pertarungan ide kolaboratif didasari rasa cinta terhadap bangsa ini. Hal serupa diharapkan terjadi pada masyarakat awam. 

Skeptisisme, sikap untuk mempertanyakan segala sesuatu dalam demokrasi tidak didasarkan pada apa yang nampak semata. Mencapai kondisi ideal ini memang mensyaratkan kondisi pendidikan masyarakat yang baik. Sambil terus mendorong syarat-syarat tumbuhnya demokrasi seperti kompetisi individu dan kelompok yang sifatnya luas dan tidak memaksa.

Harapan ini semakin kuat mengingat demokrasi Pancasila tumbuh dalam culturally bounded dimana karakteristik sosial masyarakat mempengaruhi penerapan nilai-nilai demokrasi. 

Pada tataran ini, Demokrasi Pancasila telah berhasil mempertemukan premis-premis bertentangan dari demokrasi liberal dan sosialis, bahkan telah menjadikan agama sebagai salah satu dasar pijakan. 

Suatu hal yang dianggap kedua kubu tidak memungkinkan bagi suburnya demokrasi dan jutru menjadi aspek sakral yang sangat kita hormati. Kita perlu kembali ke rumah, demokrasi dengan hikmat kebijaksanaan. Memastikan ruh demokrasi ada dalam pelaksanaan demokrasi Pancasila.

Jika perlu mari membuat kesepakatan ulang, menentukan titik temu dan titik tuju dengan tetap bertumpu pada titik yang sama, Pancasila. Memastikan bahwa spirit yang kita miliki masih sama dengan tujuan awal mendirikan bangsa. Mempertanyakan kembali apa tujuan bernegara.

Upaya ini dapat dilakukan dengan mendorong terwujudnya political will. Mewujudkan tawaran agar para aktivis demokrasi melakukan 'Go Politics', terlibat langsung dalam berbagai institusi pemerintahan sembari terus mematangkan pendidikan politik agar masyarakat akar rumput tidak mudah terpecah belah, baik dalam posisi pemikiran maupun dalam strategi politik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun