Mohon tunggu...
Mufti Riyani
Mufti Riyani Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar dan Penjelajah

Belajar dari apa saja, dari siapa saja, tentang apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Demokrasi: Skeptis atau Pesimis?

30 Desember 2020   22:58 Diperbarui: 30 Desember 2020   23:32 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Elit dengan demikian adalah kehendak dan menguntungkan bagi masyarakat, suatu kelompok yang tidak terelakan dan bukan dibentuk oleh sesuatu atau sesiapa. 

Catatan pentingnya adalah meski elit muncul namun ruh demokrasi  masih menjadi titik tuju dengan mensyaratkan kesamaan kepentingan yang diperjuangkan bersama.

Sayangnya, bahkan dengan bercermin pada Amerika yang menjadi suar demokrasi. Charles Wright Mills menemukan kesimpulan dari penelitiannya. Menurut Mills, keseimbangan power dan kesamaan kepentingan adalah cita-cita imajinatif. 

Mills menyebut, pada saat elit telah terbentuk maka massa umum dan elit adalah kelas sosial dengan kepentingan berbeda sehingga sangat mungkin muncul konflik kelas diantara keduanya. Mills bahkan menegaskan, kelas elit bukan hanya mendominasi namun cenderung melakukan eksplotasi pada masyarakatnya.

Kita harus jujur  common sense ini pula yang ada dalam diri masyarakat kita pada saat ini. Kecurigaan terhadap kongsi jahat dalam produksi regulasi berbanding lurus dengan penangkapan-penangkapan terduga koruptor dari elit tertentu, pimpinan politik, birokrat dan pengusaha sebagai mitranya. 

Masyarakat dengan logika sosialnya menangkap gejala matinya demokrasi dengan proses dijelaskan dalam buku "How Democracies Die" (Ziblat & Levitsky, 2008). 

Gejala-gejala itu ditangkap oleh indra masyarakat sebagai pengetahuan dan kesadaran dari yang dicerna secara historis faktual.  Masyarakat memahami perjalanan demokrasi berupa common sense yakni suatu keyakinan yang didapat secara induktif berdasarkan pengalaman, tanpa perlu diajarkan, tanpa perlu didikte. 

Elit memang nyata ada, entah dengan atau tidak sengaja dibentuk. Namun demikian keseimbangan power dalam demokrasi tidakkah pantas diupayakan?

Demokrasi yang Melompat dan Salah Arah

Jika kita melihat indikasi yang sama sedang terjadi pada demokrasi kita, maka kemungkinan besar yang terjadi adalah kita telah mengalami lompatan demokrasi. 

Situasinya hampir mirip dengan ungkapan satir yang menyebut bahwa budaya kita (khususnya Jawa) telah melompat dari budaya bayang-bayang (wayang) menuju dunia layar kaca, meninggalkan tradisi tulis dan baca yang kini dianggap bertanggungjawab pada ketertinggalan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun