Pernahkah kamu merasa mengantuk di tengah hari, tetapi kamu menahannya karena takut dianggap malas? Padahal, tidur di siang memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting dalam menjaga keseimbangan fungsi tubuh dan otak. Saat tidur, tubuh beristirahat, dan memulihkan energi setelah beraktivitas. Kebanyakan orang sekarang melewatkan tidur siang karena hanya dianggap waktu untuk bermalas malasan. Secara ilmiah, tidur siang ini memiliki manfaat bagi kesehatan fisik maupun mental. Terutama bagi otak, tidur siang juga dapat membantu memulihkan fungsi berpikir dan menjaga keseimbangan sistem saraf. Dari sudut pandang biopsikologi, tidur siang bukan hanya istirahat biasa, tetapi bagian dari proses biologis yang membantu otak bekerja lebih efisien.
Tidur siang atau napping biasanya berlangsung sekitar 10 hingga 30 menit pada siang hari. Dalam waktu singkat ini, otak akan masuk ke tahap awal tidur non-REM (NREM), di mana aktivitas otak menurun dan tubuh mulai rileks. Gelombang otak yang muncul pada tahap ini disebut gelombang theta, yang berperan dalam proses pembelajaran dan pembentukan memori. Penelitian oleh Mednick, Nakayama, dan Stickgold (2003) menunjukkan bahwa tidur siang dapat meningkatkan kemampuan belajar visual dan daya ingat seseorang. Artinya, walaupun hanya sebentar, tidur siang akan memberikan kesempatan bagi otak untuk memperkuat hubungan antar sel saraf yang terbentuk selama seseorang beraktivitas atau belajar.
Manfaat tidur siang dapat dijelaskan melalui peran sistem saraf dan zat kimia otak yang disebut neurotransmiter. Saat kita tidur, otak akan menyeimbangkan kembali kadar neurotransmiter penting seperti serotonin, dopamin, dan asetilkolin. Serotonin membantu mengatur suasana hati, dopamin berhubungan dengan motivasi dan fokus, sedangkan asetilkolin berperan dalam proses belajar dan memori. Jika seseorang mengalami kelelahan atau stres, kadar neurotransmiter tersebut bisa terganggu sehingga menyebabkan sulit fokus, mudah marah, atau cepat lelah. Tidur siang  dapat membantu mengembalikan keseimbangan, membuat seseorang merasa lebih segar, tenang, dan siap melanjutkan aktivitas dengan pikiran yang lebih jernih.
Selain membantu otak, tidur siang juga dapat berpengaruh pada sistem saraf otonom, yaitu bagian dari sistem saraf yang bekerja otomatis untuk mengatur fungsi tubuh seperti detak jantung, tekanan darah, dan pernapasan. Saat tidur siang, aktivitas sistem saraf simpatis yang aktif saat seseorang waspada menurun, dan sistem saraf parasimpatis yang berperan dalam pemulihan tubuh menjadi lebih aktif. Akibatnya, tekanan darah menurun, napas menjadi lebih teratur, dan otot tubuh menjadi lebih rileks. Faraut, dkk (2011) menemukan bahwa tidur siang mampu menurunkan tekanan darah dan membantu tubuh pulih dari kurang tidur di malam hari. Ini menunjukkan bahwa tidur siang tidak hanya membuat pikiran segar, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi kesehatan fisik.
Tidur siang juga terbukti dapat meningkatkan kemampuan berpikir atau fungsi kognitif seseorang. Fungsi kognitif terdiri dari berbagai kemampuan mental seperti fokus, konsentrasi, mengingat informasi, dan mengambil keputusan. Menurut penelitian Tucker, dkk. (2006), orang yang tidur siang sekitar 30 menit menunjukkan peningkatan performa kognitif yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak tidur. Ini karena selama tidur, otak melakukan proses konsolidasi memori, yaitu mengubah informasi dari memori jangka pendek menjadi jangka panjang. Hal tersebut terjadi karena sel-sel saraf di otak mendapatkan waktu untuk memulihkan diri setelah bekerja keras memproses informasi selama aktivitas belajar atau bekerja.
Namun, tidur siang yang terlalu lama yaitu lebih dari 30 hingga 60 menit juga akan berdampak negatif. Selain mengganggu fungsi kognitif dan kualitas tidur malam, tidur siang yang lama juga dapat menyebabkan seseorang merasa kurang berenergi. Tubuh akan memasuki tahap tidur dalam (slow-wave sleep), dan setelah terbangun dari fase tersebut, otak manusia akan membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali berfungsi. Kondisi ini disebut inersia tidur, yang terdiri dari gejala-gejala seperti kelelahan, pusing, dan kesulitan berkonsentrasi setelah bangun tidur (Tassi & Muzet, 2000). Selain itu, tidur siang yang lama juga dapat mengurangi kebutuhan tidur malam atau rasa lelah alami sehingga tidur menjadi lebih sulit, misalnya, seseorang akan terjaga sepanjang malam, atau bahkan terbangun dengan insomnia ringan.
Tidur siang juga bisa dapat mempengaruhi emosi seseorang. Saat seseorang kurang tidur, bagian otak yang bernama amigdala yang berperan dalam mengatur emosi menjadi lebih aktif, sehingga orang akan lebih mudah stres, cemas, atau marah. Tidur siang ini membantu menenangkan amigdala dan memperkuat peran korteks prefrontal, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab terhadap pengendalian diri dan berpikir rasional. Inilah sebabnya, setelah tidur siang seseorang sering merasa menjadi lebih tenang dan bisa berpikir jernih. Hubungan ini menunjukkan bahwa tidur siang tidak hanya memengaruhi otak secara biologis, tetapi juga bisa membantu menjaga kestabilan emosi dan kesehatan mental seseorang.
Secara keseluruhan, tidur siang memiliki banyak sekali manfaat bagi kesehatan otak dan tubuh. Dari sudut pandang biopsikologi, tidur siang membantu menyeimbangkan aktivitas sistem saraf, memperbaiki fungsi hormon, serta meningkatkan kemampuan berpikir dan mengatur emosi. Kebiasaan tidur siang yang teratur dan tidak berlebihan dapat meningkatkan fokus, memperkuat daya ingat, serta mengurangi stres akibat aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, tidur siang sebaiknya tidak dianggap sebagai kebiasaan malas, melainkan salah satu bentuk perawatan diri yang penting dalam menjaga kesehatan mental dan biologis. Dengan memahami manfaatnya, tidur siang juga dapat menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang membantu otak tetap bugar dan siap menghadapi tantangan sehari-hari.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI