3. Angkatan 45
Jenis karya sastra pada periode ini bercorak realistis, di mana konteks tulisan lebih dipentingkan dibandingkan kaidah kebahasaan. Periode ini melahirkan banyak nama sastrawan besar Indonesia yang masih terkenal hingga hari ini.
Adapun nama tokoh yang menandai periode sastra Angkatan 45 adalah Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Usmar Ismail, Ida Nasution, Utuy Tatang Sontani, Balfas, J.E. Tatengkeng, dan Asrul Sani. Salah satu karya sastra paling fenomenal yang lahir pada periode ini adalah kumpulan puisi berjudul Aku, karya Chairil Anwar.
4. Angkatan 50-an
Angkatan 50 merupakan periode sastra peralihan dari situasi perang ke perdamaian. Hal tersebut juga disebutkan oleh Andri Wicaksono dalam bukunya: Pengkajian Prosa Fiksi. Umumnya karya sastra Angkatan 50 didominasi cerita pendek dan kumpulan puisi.
Sastrawan Indonesia yang berhasil menorehkan karya terbaiknya pada era 50-an merupakan sastrawan-sastrawan muda, antara lain  Taufik Ismail, Umar Kayam, Goenawan Mohamad, WS Rendra, NH Dini, Sapardi Djoko Damono, dan masih banyak lagi.
5. Angkatan 70-an
Sastrawan pada periode sastra 70-an umumnya lebih berani melakukan eksperimen. Angkatan 70-an lahir karena titik tolak dari sesuatu yang bersifat tradisional. Pada periode ini penerbitan perlahan bangkit dan mencetak karya para sastrawan. Beberapa sastrawan Indonesia pada era 70-an masih didominasi oleh sastrawan dari generasi 50-an yang di tahun 70-an sudah lebih dewasa, seperti Putu Wijaya, Arifin C. Noer, Sutardji Calzoum Bachri, Iwan Simatupang, Danarto, dan Rendra.
6. Era Reformasi
Munculnya angkatan reformasi ditandai maraknya karya sastra bertema sosial politik dan seputar reformasi. Sastrawan era Reformasi merefleksikan keadilan sosial dan politik yang terjadi pada akhir 1990-an. Nama-nama sastrawan yang menorehkan karya monumental pada periode ini, antara lain Rendra, Taufik Ismail, Seno Gumira Ajidarma, Joko Pinurbo, Widji Thukul, Ahmadun Yosi Herfanda, Acep Zamzam Noer, dan masih banyak lagi.
7. Angkatan 2000
Memasuki angkatan 2000 gaya bersastra semakin mengandalkan kekuatan literasi dan mengungkapkan cerita secara estetik. Banyak nama sastrawan Indonesia yang lahir dan besar pada periode sastra 2000-an. Tokoh-tokoh tersebut adalah Ayu Utami, Afrizal Malna, Andrea Hirata, Habiburrahman El Shirazy, dan masih banyak lagi.
8. Karya Sastra di Era Digital
Selain dipengaruhi oleh zaman, karya sastra juga dapat terpengaruh perkembangan teknologi agar tak ditinggalkan. Berkat kemajuan teknologi pula muncul istilah sastra cyber.
Secara definisi, sastra cyber merupakan karya sastra dalam berbagai genre yang disebarluaskan melalui media elektronik, seperti Wattpad, PlukMe, Cabaca, hingga Webtoon. Meski tidak jarang menimbulkan polemik, namun kehadiran sastra cyber memiliki penggemar tersendiri, khususnya di kalangan milenial.
Terlepas dari polemik mengenai sastra cyber, perlu diakui bahwa hadirnya jenis sastra ini ikut mendobrak sekat-sekat yang selama ini hadir. Sekarang untuk menikmati sebuah karya sastra bisa langsung melalui gawai, terasa lebih mudah dan simpel mengikuti perkembangan zaman.
Satu fakta menarik, telah banyak diterbitkan novel yang justru ceritanya telah eksis terlebih dahulu di Wattpad maupun Webtoon. Seperti Mariposa karya dari Luluk HF, Claries milik Valerie Patkar, hingga Assalamualaikum Calon Imam karya Nafisya Kaila Akbar.